Fosil Ini Ajaib

ilustrasi fosil.
Sumber :
  • Pixabay/TheDigitalArtist

Jakarta, VIVA – Ketika kita membayangkan fosil, mungkin yang terlintas adalah tulang dinosaurus yang telah berubah menjadi batu.

Biasanya, fosil yang kita temukan adalah bagian keras seperti tulang yang terawetkan selama jutaan tahun.

Namun, penemuan baru-baru ini sangat luar biasa karena tidak hanya menemukan fosil dengan tulang, tetapi juga dengan otak dan usus yang masih utuh.

Penemuan luar biasa ini adalah fosil larva cacing berusia 520 juta tahun. Tim peneliti yang menemukannya merasa sangat beruntung karena fosil ini terawetkan dengan sangat baik, bahkan bisa dibilang hampir sempurna.

Ilustrasi fosil.

Photo :
  • IFL Science

"Melihat apa yang ada di dalam sampel dengan pencitraan 3D selalu menarik," kata Katherine Dobson, salah satu peneliti dalam studi ini yang dikutip dari Popular Mechanics, Selasa, 20 Agustus 2024. 

"Tetapi pada larva kecil yang luar biasa ini, fosilisasi alami telah mencapai tingkat pengawetan yang hampir sempurna,” tambahnya. 

Keajaiban ini menjadi tambang emas bagi para ahli biologi evolusi. Dengan menggunakan teknik canggih yang dikenal sebagai sinar-X tomografi sinkrotron, para ilmuwan berhasil mempelajari struktur dalam makhluk kecil ini.

Mereka menemukan bahwa larva ini masih memiliki otak, kelenjar pencernaan, sistem peredaran darah primitif, dan bahkan jejak saraf yang menyuplai kaki dan mata sederhana larva tersebut.

ilustrasi fosil

Photo :
  • Pixabay/TheDigitalArtist

Jumlah detail yang luar biasa ini membuat para ilmuwan menyadari bahwa mereka telah meremehkan kompleksitas arthropoda awal, kelompok hewan yang muncul lebih dari 500 juta tahun yang lalu, termasuk kepiting, lobster, serangga, dan kaki seribu.

Tidak hanya itu, penemuan ini juga membantu para ilmuwan memahami hubungan evolusi antara makhluk purba dengan yang hidup saat ini.

Salah satu bagian otak yang ditemukan dalam larva ini, dikenal sebagai protocerebrum, berkembang menjadi bagian dari kepala arthropoda yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup di berbagai lingkungan, dari kedalaman lautan hingga ke setiap benua di Bumi, termasuk Antarktika.

Martin Smith, peneliti utama dalam studi ini, merasa sangat takjub dengan penemuan ini. “Saya selalu bermimpi menemukan fosil larva arthropoda karena data perkembangan sangat penting untuk memahami evolusi mereka," katanya.

"Larva sangat kecil dan rapuh, peluang menemukannya dalam bentuk fosil hampir nol—atau begitulah yang saya pikirkan! Ketika saya melihat struktur menakjubkan yang terawetkan di bawah kulitnya, saya tidak percaya bagaimana fitur-fitur rumit ini bisa terhindar dari pembusukan dan masih ada hingga setengah miliar tahun kemudian,” lanjut dia.