Gaya Hidup Berbeda Jika Tinggal di Luar Angkasa

Para kru Astronot Apollo 7.
Sumber :
  • NASA

VIVA Tekno – Tinggal di luar angkasa membawa berbagai tantangan yang berbeda dari kehidupan di Bumi.

Selain harus beradaptasi dengan kondisi tanpa gravitasi, astronot juga menghadapi risiko kebakaran yang serius serta makanan yang terasa hambar.

Mari kita jelajahi lebih dalam tentang bagaimana gaya hidup astronot berbeda saat mereka berada di luar angkasa.

Mengapa Kebakaran Sangat Berbahaya Selama Misi Luar Angkasa

Ilustrasi astronot di luar angkasa.

Photo :
  • Freepik

Kebakaran adalah salah satu risiko terbesar yang dihadapi astronot selama misi luar angkasa. Dalam kondisi mikrogravitasi, api berperilaku sangat berbeda dibandingkan di Bumi.

Api di luar angkasa dapat menyala lebih panas dan menyebar lebih lambat, sehingga sulit terdeteksi pada awalnya.

Ini berbahaya karena api bisa membakar bahan yang biasanya tidak mudah terbakar di Bumi, menciptakan bahan kimia beracun di udara pesawat luar angkasa.

Penelitian oleh ilmuwan dari ZARM di University of Bremen, Jerman, menunjukkan bahwa lingkungan pesawat luar angkasa masa depan, dengan tekanan rendah dan kandungan oksigen tinggi, meningkatkan risiko kebakaran, seperti dilansir dari Science Alert.

Misalnya, pesawat untuk misi ke Mars mungkin memiliki kadar oksigen hingga 35 persen yang dapat membuat api menyebar tiga kali lebih cepat.

Karena tidak ada tempat aman untuk melarikan diri dalam pesawat luar angkasa, penting untuk memahami bagaimana api berperilaku dalam kondisi ini.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengembangkan protokol keselamatan kebakaran yang lebih baik, agar astronot dapat lebih aman selama misi panjang ke luar angkasa.

Makanan di Luar Angkasa Hambar

Ilustrasi baju astronot.

Photo :
  • Spacenews

Makanan di luar angkasa sering kali terasa hambar bagi para astronot, dan penelitian terbaru dari Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) di Australia telah memberikan wawasan mengapa hal ini terjadi. Studi tersebut menemukan bahwa persepsi aroma, yang sangat memengaruhi rasa makanan, dapat berubah di lingkungan terbatas seperti Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Rasa kesepian dan isolasi yang lebih tinggi, yang sering dialami astronot, dapat mempengaruhi indra penciuman dan perasa mereka.

Selain itu, berada dalam kondisi tanpa gravitasi menyebabkan cairan tubuh bergerak dari bagian bawah ke bagian atas tubuh, yang mengakibatkan pembengkakan wajah dan hidung tersumbat. Kondisi ini mengganggu indra penciuman dan perasa astronot, membuat makanan terasa kurang beraroma dan kurang enak, seperti dilansir dari space

Dalam studi ini, peneliti menggunakan kacamata realitas virtual untuk mensimulasikan lingkungan ISS dan menguji perubahan persepsi aroma vanila dan almond serta minyak esensial lemon. Hasilnya menunjukkan bahwa aroma vanila dan almond lebih intens di lingkungan simulasi ISS, sementara aroma lemon tetap tidak berubah, mengindikasikan hubungan antara lingkungan dan persepsi aroma.

Penelitian ini diharapkan dapat membantu menciptakan makanan yang lebih sesuai untuk astronot, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dengan lebih baik selama misi jangka panjang. Hasil penelitian ini juga bisa diaplikasikan untuk meningkatkan asupan nutrisi bagi orang-orang di lingkungan terisolasi lainnya, seperti panti jompo.

Gaya hidup di luar angkasa memang penuh tantangan dan sangat berbeda dari di Bumi. Dari risiko kebakaran hingga makanan yang terasa hambar, astronot harus beradaptasi dengan banyak hal baru. Penelitian dan pengembangan terus dilakukan untuk memastikan bahwa astronot dapat menjalani misi mereka dengan aman dan sehat, dengan harapan bahwa temuan ini juga dapat bermanfaat bagi kehidupan di Bumi, terutama bagi mereka yang berada dalam kondisi terisolasi.