Rwanda, Dulu Miskin dan Alami Genosida, kini Maju Pesat
- Plaid Zebra
Jakarta – Rwanda, negara kecil di Afrika Timur, mungkin masih asing bagi sebagian orang. Namun, di balik nama yang jarang terdengar, tersimpan kisah luar biasa tentang kebangkitan dari tragedi dan transformasi menjadi negara yang maju.
Peristiwa Genosida di Rwanda terjadi pada 1994, di mana etnis Hutu mayoritas membantai minoritas Tutsi, menorehkan luka mendalam. Sekitar 800 ribu jiwa melayang, meninggalkan trauma dan kehancuran.
Di tengah keputusasaan, muncul sosok Presiden Paul Kagame dengan visi ambisius "Rwanda 2020". Dia memimpin transformasi radikal, mengubah Rwanda dari negara agraris menjadi negara yang mengandalkan teknologi dan informasi.
Visinya bukan hanya mimpi, tetapi kenyataan. Ia fokus menstabilkan negara, membangun infrastruktur, dan mendorong kemajuan ekonomi. Kini, Kigali, ibu kota Rwanda, dijuluki sebagai kota terbersih di Afrika.
Upaya Paul Kagame membuahkan hasil. Angka kemiskinan yang mencapai 78 persen di masa konflik, turun drastis menjadi 45 persen di 2011 dan terus menurun.
Menurut Data Moneter Internasional, pertumbuhan ekonomi stabil di angka 8 persen sehingga menjadikan Rwanda salah satu negara terbaik di Afrika untuk memulai bisnis.
Transformasi Rwanda tak berhenti di situ. Sektor pariwisata pun berkembang pesat. Keindahan alam, budaya yang kaya, dan keramahan penduduk menarik wisatawan dari berbagai penjuru dunia.
Pada 2021, Rwanda meraup devisa US$164 juta hanya dari sektor pariwisata. Kisah Rwanda adalah bukti nyata.
Dari tragedi dan keterpurukan, sebuah bangsa dapat bangkit dan mencapai kemajuan gemilang. Kegigihan, kepemimpinan yang visioner, dan kerja keras rakyat menjadi kunci utama.
Bagi Anda yang mencari destinasi wisata unik dan inspiratif, Rwanda adalah pilihan yang tepat. Di sana, Anda akan disuguhkan pemandangan indah, budaya yang memukau, dan kisah luar biasa tentang sebuah bangsa yang bangkit dari abu.