Manusia Jatuh Cinta sama AI, Normal atau Aneh

Chatbot AI romantis.
Sumber :
  • Pixabay/Alexandra_Koch

VIVA Tekno – Dalam satu dekade terakhir, asisten virtual berbasis kecerdasan buatan (AI) seperti Siri dari Apple dan Alexa dari Amazon telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari.

Namun, baru-baru ini, muncul tren baru, chatbot AI yang dirancang untuk menjadi teman romantis. Chatbot ini adalah program AI yang dapat berinteraksi dengan manusia melalui teks, suara, dan gambar.

Saat ini, lebih dari 100 aplikasi berbasis AI seperti myanima.ai, Eva AI, Nomi.AI, dan Replika menawarkan teman romantis dan seksual dengan opsi personalisasi yang luas.

Chatbot ini dapat menyesuaikan respons mereka berdasarkan minat, kebutuhan, dan gaya komunikasi pengguna, sehingga memberikan pengalaman yang semakin nyata dan interaktif.

Banyak orang mulai membentuk ikatan emosional dengan chatbot ini, bahkan sampai jatuh cinta. Pandemi Covid-19 yang menyebabkan kesepian membuat lebih banyak orang beralih ke AI sebagai pengganti konselor, teman, dan pasangan romantis.

Penelitian menunjukkan bahwa chatbot AI dapat menawarkan persahabatan, mengurangi kesepian, dan meningkatkan emosi positif melalui pesan dukungan, seperti dilansir dari Live Science.

Chatbot juga menyediakan ruang tanpa penilaian untuk percakapan terbuka dan nasihat ketika sumber daya lain langka. Orang dapat membentuk hubungan intim dengan AI yang mirip dengan hubungan manusia.

Mengejutkan, tidak ada perbedaan dalam kesenangan, rangsangan seksual, dan respons emosional apakah peserta berinteraksi dengan manusia atau chatbot.

Sebuah studi bahkan menunjukkan bahwa individu merasa lebih terhubung secara emosional dengan chatbot dibandingkan dengan manusia yang kurang responsif selama percakapan.

Tantangan dan Risiko

Chatbot.

Photo :
  • Mime Asia

Namun, hubungan dengan chatbot AI juga memiliki sisi gelap. Chatbot romantis diprogram untuk menawarkan interaksi yang tanpa konflik dan selalu tersedia, yang bisa membuat pengguna memiliki harapan yang tidak realistis terhadap hubungan manusia.

Hal ini dapat menghambat perkembangan keterampilan sosial dan kemampuan untuk membangun hubungan yang tulus dan timbal balik dengan manusia lain.

Ketergantungan emosional pada AI juga bisa menjadi masalah. Pengguna mungkin menarik diri dari lingkungan sosial mereka dan mengurangi motivasi untuk membangun hubungan sosial yang baru dan bermakna.

Kasus pada 2023 misalnya, terjadi ketika Replika menghapus kemampuan roleplay seksual dari chatbot-nya menunjukkan betapa besar dampak emosional yang bisa dialami pengguna ketika AI yang mereka andalkan berubah.

Selain itu, banyak aplikasi chatbot AI mengumpulkan data pribadi pengguna. Analisis keamanan oleh Mozilla Foundation terhadap 11 aplikasi chatbot AI populer mengungkapkan bahwa sebagian besar aplikasi dapat membagikan atau menjual data pribadi, dan banyak yang dipenuhi dengan pelacak untuk tujuan pemasaran.

Manfaat Potensial

Chatbot AI romantis

Photo :
  • Pixabay/Alexandra_Koch

Meskipun ada risiko, interaksi seksual dan romantis berbasis AI bisa menawarkan alternatif yang aman dan berisiko rendah untuk hubungan manusia.

Chatbot ini bisa sangat bermanfaat bagi mereka yang kesulitan membangun hubungan romantis karena penyakit, kehilangan, kesulitan seksual, hambatan psikologis, atau keterbatasan mobilitas.

Teknologi AI juga dapat digunakan untuk eksplorasi seksual dan romantis di kalangan komunitas yang terpinggirkan atau di antara individu yang terisolasi secara sosial.

Chatbot dapat membantu meningkatkan keterampilan interaksi dan komunikasi emosional, terutama dalam hubungan jarak jauh.