Penggunaan Teknologi Bagian dari Ekosistem

Ilustrasi teknologi pertanian.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Tekno – Digitalisasi didefinisikan sebagai perubahan dari cara konvensional menuju sebuah sistem digital dengan bantuan peralatan dan jaringan internet.

Perubahan ini dapat terjadi pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk digitalisasi sektor pertanian.

Sektor pertanian, yang identik dengan kegiatan konvensional, saat ini mampu bertahan dan mengikuti perubahan digital yang cepat selama masa pandemi Covid-19.

Di era digital, sistem pertanian modern dapat dikenal sebagai pertanian 4.0 yang menerapkan internet untuk segalanya (internet of things/IoT) untuk mendukung prosesnya.

Pada era ini pula petani tidak hanya bekerja secara konvensional dengan terjun langsung ke lahan pertanian melainkan lebih luas lagi. Berbagai proses dalam sistem pertanian akan memanfaatkan penerapan teknologi.

Pertanian 4.0 merupakan sistem pertanian modern dan presisi dimana segala sistemnya dikombinasikan dengan teknologi informasi digital.

Wujud lain dari pertanian 4.0 disebut sebagai smart farming atau precision agriculture yang diharapkan mampu mewujudkan sistem pertanian yang berkelanjutan.

Ilustrasi drone.

Photo :
  • www.pixabay.com/MabelAmber

Ilustrasi drone.

Photo :
Seperti yang dilakukan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), anak perusahaan PTPN III (Persero). Lewat program makmur (Mari Kita Majukan Usaha Rakyat), petani
didorong menggunakan aplikasi
Smart Precision Farming
milik Petrokimia Gresik.

Dalam kesempatan itu pun dilakukan prosesi tanam tebu perdana, juga dilakukan demo pemupukan yang menggunakan pesawat nirawak (drone).

"Ini dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan petani dalam memanfaatkan ekosistem program makmur dimana salah satu rangkaiannya bersinergi menyukseskan swasembada gula. Ekosistem sangat penting karena kita tidak bisa bergerak sendiri," kata Direktur Keuangan SGN Hariyanto.

Menurutnya, pencapaian swasembada gula diiringi dengan penguatan petani dengan membantu akses permodalan, benih hingga sarana produksi (saprodi). Dampak dari program makmur sudah dirasakan Pabrik Gula atau PG Padjekan di Bondowoso, Jawa Timur.

Ketua Dewan Pimpinan Cabang Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPC APTRI) PG Pradjekan, Rolis Wikarsono, mengaku lahan seluas 6.500 hektare di Bondowoso sudah di-cover karena petani mitra PG Pradjekan merupakan petani tebu yang pertama mengakses program makmur tiga tahun lalu.

Dampak dari program tersebut kini dirasakan oleh para petani, selain jaminan ketersediaan pupuk, peningkatan produktivitas hingga peningkatan pendapatan petani. "Kami mendapatkan jaminan pupuk yang asli dan prosesnya hanya dua tiga hari. Harganya pun kompetitif", ungkapnya.