Starlink Punya Elon Musk Ancam Nyawa Penghuni Bumi

Elon Musk resmi meluncurkan layanan internet Satelit Starlink di Denpasar, Bali, Minggu, 19 Mei 2024.
Sumber :
  • (AP Photo/Firdia Lisnawati)

VIVA Tekno – Layanan internet berbasis satelit Starlink milik Elon Musk mengancam nyawa penduduk Bumi lantaran ikut berkontribusi terhadap penipisan lapisan ozon.

Para ilmuwan di Departemen Teknik Astronautika Universitas Southern California, Amerika Serikat (AS) memperingatkan bahwa lonjakan besar-besaran satelit internet yang mengorbit rendah Bumi (LEO) bisa menyebabkan reaksi kimia yang merusak atmosfer.

Saat ini, terdapat lebih dari 8.000 satelit internet di orbit rendah Bumi, di mana sekitar 6.000 di antaranya adalah satelit Starlink.

Semua satelit ini dibuat dengan aluminium dalam jumlah besar dan dirancang dengan umur yang pendek, atau sekitar lima tahun.

Masalah juga muncul ketika satelit jatuh ke atmosfer Bumi dan terbakar yang menghasilkan aluminium oksida sehingga memicu reaksi kimia yang sangat merusak ozon, seperti dikutip dari situs Business Insider, Kamis, 20 Juni 2024.

Studi tersebut, yang diterbitkan pekan lalu di Jurnal Geophysical Research Letters, menemukan bahwa keberadaan alumunium oksida meningkat sekitar delapan kali lipat antara 2016 dan 2022.

Angka ini bisa meningkat jauh lebih banyak lagi dengan rencana peluncuran satelit saat ini. SpaceX memiliki rencana untuk meluncurkan 42 ribu satelit Starlink lainnya, menurut situs Space.com.

Satelit Starlink.

Photo :

Perusahaan lain, termasuk Amazon, memiliki rencana untuk meluncurkan ribuan produk mereka sendiri. Pada 2022 saja, sebanyak 18,7 ton nanopartikel aluminium oksida dilepaskan ke atmosfer oleh satelit yang jatuh.

Jika dibandingkan dengan rencana peluncuran satelit, jumlah ini dapat meningkat hingga 397 ton per tahun dan dapat menyebabkan “penipisan ozon secara signifikan,” menurut penelitian tersebut.

Akun X Starlink mengatakan jika hingga Mei 2024 sudah melayani tiga juta pelanggan internet di 100 negara, sementara Starlink tidak segera menanggapi permintaan komentar Business Insider.

Pada 1970-an, ditemukan bahwa meluasnya penggunaan klorofluorokarbon atau CFC, menyebabkan lubang besar pada lapisan ozon. CFC kemudian dilarang pada 1987. Larangan ini turut memperlambat proses lubang besar ozon.

Di 2013, pihak berwenang memproyeksikan bahwa lapisan ozon akan pulih dengan sendirinya dalam beberapa dekade. Namun, kemajuan itu kini bisa terhenti.

“Pertumbuhan aluminium oksida yang tidak terduga dapat menghentikan kisah sukses ozon dalam beberapa dekade mendatang,” kata para ilmuwan di Departemen Teknik Astronautika Universitas Southern California, Amerika Serikat (AS).

Benar saja. Pada 2023, para ilmuwan Badan Antariksa Eropa (ESA) mencatat bahwa lubang di lapisan ozon di wilayah Antartika ukurannya tiga kali lebih besar dari Brasil dan merupakan 'salah satu yang terbesar yang pernah tercatat'.

Meski begitu, ESA mengatakan masih terlalu dini untuk mengetahui penyebabnya tapi tidak menyebut bahwa terbakarnya satelit sebagai salah satu faktor yang berpotensi menyebabkan lubang di lapisan ozon.