Belajar Mengelola Dampak Krisis Iklim

Ilustrasi perubahan iklim.
Sumber :
  • Deccan Herald

VIVA Tekno – Indonesia serius dalam mewujudkan target nol emisi pada 2060. Hal ini seiring dengan upaya pemerintah untuk mengurangi dampak krisis iklim. Untuk itu, diperlukan perubahan sistem yang transformatif sebagai upaya dari transisi energi.

United In Diversity Foundation (UID) bersama Rocky Mountain Institute (RMI) meluncurkan “Happy Energy Action Leadership (HEAL): Energy Transition, Livelihood, Systems, and Blended Finance”.

Program ini bertujuan untuk membekali para pelaku transisi energi - baik lokal maupun global - dengan kapasitas untuk mengatasi berbagai hambatan sistemik dengan menggunakan pemikiran holistik, dan cara belajar serta pemecahan masalah yang berorientasi pada masa depan, lintas sektoral, dan multidisiplin.

"Kita masih belajar untuk memahami dan mengelola dampak krisis iklim terhadap tatanan masyarakat, budaya, dan masa depan. Ditambah lagi dengan hadirnya asisten kecerdasan buatan (artificial intelligence assistant/AIA) serta ancaman eksistensial lingkungan bagi umat manusia, itulah realita yang kita hadapi sekarang," kata Presiden UID Tantowi Yahya, melalui konferensi pers virtual, Senin, 20 Mei 2024.

Menurutnya, tidak banyak program yang menggunakan pendekatan sistemik yang mendorong pola pikir interdependensi (saling bergantung) dan pemikiran multi-disipliner non-linear dalam peningkatan kapasitas.

Sedangkan tantangan yang dihadapi saat ini semakin kompleks sehingga pemikiran tersebut harus dilakukan.

"Kami bangga bisa membawa pendekatan baru ini. Bagaimana cara kita bercakap dan bertindak secara tepat waktu untuk transisi energi. Kami berharap pihak-pihak lain akan ikut serta dalam 'perjalanan panjang' ini," jelas dia.