Eris, Planet Katai Kembaran Pluto Mulai Mencair
- NASA
VIVA Digital – Hampir 18 tahun yang lalu, para astronom menemukan sebuah dunia es mini bernama Eris yang jaraknya miliaran mil dari Neptunus. Planet tersebut merupakan Eris.
Planet ini kerap disamakan dengan Pluto yang juga memiliki ukuran kecil. Namun, bedanya Eris belum pernah dikunjungi oleh robot buatan manusia.
Hal ini dikarenakan Eris sangat jauh, bahkan dari pengamatan para astronot, Eris hanya tampak sebagai satu piksel cahaya. Itu sebabnya, ilmuwan hanya mengetahui sedikit tentang apa yang terjadi di sana.
Dari sedikit yang diketahui, Eris disebut memiliki atmosfer yang membeku dan salju turun ke permukaan, berkat letaknya yang berada di tepi tata surya. Jaraknya sekitar 68 kali lebih jauh dari matahari daripada jarak Bumi.
Mengutip laporan Space, Selasa 5 Desember 2023, kini, menurut data dari teleskop radio di Chili, ilmuwan mulai mengungkap lebih banyak hal tentang Eris. Mereka menyebut sejumlah es di sana mulai mencair.
Mereka mengatakan, proses ini menyebabkan Eris tidak lagi terlihat seperti planet yang padat dan berbatu melainkan “lebih seperti keju lunak atau semacamnya," kata rekan penulis studi Francis Nimmo dari University of California Santa Cruz dalam sebuah pernyataan.
Meskipun masih banyak yang belum diketahui tentang Eris, planet ini dianggap sebagai kembaran Pluto yang sama persis karena keduanya memiliki ukuran yang benar-benar sama.
Sebenarnya, ketika pertama kali ditemukan pada tahun 2005, Eris tampak sedikit lebih besar daripada Pluto, sehingga memicu perdebatan di antara para ilmuwan. Hal ini membuat International Astronomical Union (IAU) memperjelas definisi planet dan menurunkan status Pluto menjadi planet katai.
Berkat perdebatan dalam komunitas ilmiah inilah, pada tahun 2006, IAU menamai planet katai Eris, yang diambil dari nama Dewi Perselisihan Yunani.
Untuk studi terbaru, Nimmo dan rekannya Mike Brown, astronom Caltech yang memimpin penemuan Eris pada tahun 2005 memperkirakan massa Eris yang sangat kecil, yaitu Dysnomia.
Mereka mengatakan, Eris dan satelitnya saling mengunci secara tidal, yang berarti keduanya menghadap ke arah yang sama satu sama lain.
Para ilmuwan menduga, hal ini terjadi karena bulan kecil tersebut “menaikkan" pasang surut Eris, menyebabkan planet katai itu berputar selama 4,5 miliar tahun.
"Batuan tersebut mengandung elemen radioaktif, dan elemen tersebut menghasilkan panas. Dan panas itu harus keluar entah bagaimana caranya," kata Nimmo.
"Jadi, ketika panas keluar, panas itu mendorong perputaran yang lambat di dalam es." sambungnya
Penelitian ini dijelaskan dalam sebuah makalah yang diterbitkan pada 15 November di jurnal Science Advances.