Kotoran Hewan Langka Bisa Cegah Amputasi Penderita Diabetes
- Pixabay/ tumisu
VIVA Tekno – Virus yang ditemukan dalam kotoran hewan yang terancam punah dapat digunakan untuk mengobati kaki penderita diabetes sehingga dapat menghemat hingga 1 miliar Poundsterling per tahun.
Sebuah tim dari Universitas Sheffield, Inggris mengatakan virus yang muncul secara alami di dalam kotoran – yang dikenal sebagai bakteriofag atau fag – dapat dimasukkan dalam balutan yang digunakan untuk bisul.
Ada ribuan jenis fag yang berbeda, yang secara selektif menargetkan dan membunuh bakteri, bahkan ketika antibiotik tidak bekerja. Terapi fag pertama kali ditemukan pada awal abad ke-20.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Graham Stafford menggunakan kotoran dari berbagai hewan, termasuk babon Guinea, lemur dan babi Visayan yang disimpan di Yorkshire Wildlife Park (YWP).
“Meskipun berbau, ternyata kotoran spesies yang terancam punah bisa menjadi kunci dalam membunuh bakteri menular yang kebal terhadap antibiotik,” kata Profesor Stafford, ketua mikrobiologi molekuler di Universitas Sheffield.
Dia menambahkan bahwa tim 'bekerja keras' untuk mengembangkan masalah feses 'menjadi pengobatan yang layak untuk pasien yang hanya memiliki pilihan berikutnya kehilangan jari kaki atau tungkai'.
"Yang penting, pengobatan ini juga dapat membantu mengurangi biaya sekitar £1 miliar per tahun untuk NHS," kata Stafford, seperti dikutip dari situs Metro, Senin, 25 September 2023.
Menurut Diabetes UK, sekitar 4,3 juta orang hidup dengan diagnosis diabetes. NHS England memperkirakan sekitar 10 persen pasien akan mengalami tukak kaki pada suatu saat dalam hidup mereka.
Stafford mengatakan pekerjaan timnya 'merupakan bagian dari upaya yang lebih luas dalam biosains Inggris untuk menemukan antimikroba baru guna memerangi tantangan global utama berupa resistensi antimikroba (AMR)'.
AMR atau resistensi antibiotik, menyebabkan kematian sekitar 1,27 juta orang di seluruh dunia pada 2019, menurut laporan The Lancet.
Pada bulan lalu, pemerintah mengumumkan investasi sebesar 210 juta Poundsterling untuk mengatasi masalah ini dalam skala global.
Saat berkunjung ke India, Menteri Kesehatan Steve Barclay menggambarkan AMR sebagai 'pembunuh diam-diam' yang 'menimbulkan ancaman signifikan terhadap kesehatan masyarakat di seluruh dunia dan di Inggris'.
Sebuah laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada April 2023 mengatakan pengawasan terhadap resistensi antibiotik di kawasan Eropa, yang mencakup data dari 2021 menunjukkan 'persentase resistensi yang tinggi terhadap antibiotik lini terakhir' di sejumlah negara.
“Kami telah mencari pengobatan baru untuk resistensi antibiotik selama beberapa waktu. Kami juga yang pertama mencari virus semacam itu dari kotoran di kebun binatang. Sangat menyenangkan bahwa spesies yang terancam punah dapat berkontribusi untuk tujuan positif. Inilah mengapa kita semua harus melestarikan hewan yang terancam punah," jelasnya.