Perubahan Iklim bikin Laut Memanas
- www.pixabay.com/theseasodeep0
VIVA Tekno – Gelombang panas laut dapat menimbulkan dampak buruk terhadap kehidupan di lautan, karena lautan menyerap 90 persen kelebihan panas yang dihasilkan oleh perubahan iklim.
Peningkatan suhu air ini semakin sering terjadi. Dijelaskan bahwa ini akan berdampak luas dan tidak hanya terjadi di permukaan saja, menurut situs Sustainability Times, Kamis, 21 September 2023.
Faktanya, lonjakan suhu yang lebih besar akan bertahan lebih lama di perairan yang lebih dalam, sehingga menimbulkan ancaman, tidak hanya terhadap terumbu karang yang rapuh tetapi juga ekosistem lain yang berada di kedalaman yang lebih dalam, menurut ilmuwan.
“Gelombang panas laut dan dampaknya sebagian besar telah dipelajari di permukaan laut dan kita tidak tahu banyak tentang karakteristiknya di laut dalam,” jelas Eliza Fragkopoulou, ilmuwan kelautan di Pusat Ilmu Kelautan di Universitas Algarve Portugal.
Fragkopoulou adalah bagian penting dari penelitian baru ini, yang meneliti gelombang panas laut secara global dari tahun 1993 hingga 2019, mengukur dampaknya hingga 2.000 meter di bawah permukaan.
Intensitas gelombang panas paling tinggi terjadi pada kedalaman antara 50 meter hingga 200 meter di bawah permukaan. Kadang-kadang gelombang panas ini 19 persen lebih kuat di bagian bawah dibandingkan di permukaan.
Dampak terbesar terhadap keanekaragaman hayati kemungkinan besar paling parah terjadi di wilayah antara permukaan hingga kedalaman 250 meter, menurut penelitian tersebut.
“Durasinya juga meningkat seiring dengan kedalaman, dengan pemanasan yang berlangsung hingga dua tahun setelah suhu di permukaan kembali normal,” lapor para ilmuwan, seraya menambahkan bahwa kondisi tekanan tinggi terjadi di 22 persen lautan di seluruh dunia.
Variabilitas regional gelombang panas laut membuat pengukuran paparan keanekaragaman hayati menjadi rumit, dan durasinya bervariasi berdasarkan lokasi karena kondisi lautan yang berbeda.
“Bagian terbesar dari lautan yang dikategorikan sangat terpapar ditemukan di Atlantik Utara dan Samudera Hindia, pada kedalaman antara 1.000 dan 2.000 meter," tambahnya.
Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk lebih memahami dampak gelombang panas di kedalaman yang lebih dalam. Fragkopoulou seraya mencatat bahwa perikanan secara global dapat terkena dampak buruknya.
“Mengingat dampak gelombang panas laut terhadap keanekaragaman hayati laut dalam sebagian besar masih belum diketahui, maka terdapat kebutuhan mendesak untuk melakukan pemantauan yang lebih banyak dan lebih baik terhadap lautan global untuk memahami dampaknya,” katanya.