AS Invasi Rusia

Bendera Amerika Serikat (AS) dan Rusia.
Sumber :
  • Flickr/Kementerian Luar Negeri.

Moskow – Amerika Serikat (AS) telah menginvasi Rusia. Tapi bukan perang terbuka melainkan serangan hacker atau peretas sejak Moskow memblokir media sosial Facebook dan Instagram milik Meta dari negeri Paman Sam.

Regulator Internet Rusia atau Roskomnadzor melaporkan telah terjadi peningkatan serangan hacker yang mencuri data pribadi warganya setelah Moskow membatasi pergerakan media sosial Facebook dan Instagram milik Meta asal Amerika Serikat (AS).

Menurut Kepala Roskomnadzor Andrey Lipov, pemblokiran platform media sosial yang berasal dari Silicon Valley, California, AS, telah memicu lonjakan tiba-tiba serangan hacker untuk mencuri data pribadi pengguna Rusia.

"Benar. Pencurian data pribadi meroket sejak kami memblokir media sosial yang dimiliki orang Amerika (AS). Anda bisa melihatnya secara gamblang. Sesaat setelah kami blokir, maka kami mencabut kemampuan orang Amerika untuk melakukan analisa perilaku warga negara Rusia," tegas Lipov, seperti dikutip VIVA Tekno dari situs Russian Today, Jumat, 18 Agustus 2023.

Meski begitu, antisipasi sudah dilakukan karena perusahaan teknologi informasi Rusia langsung memberlakukan pertahanan berlapis. Kendati demikian, Lipov mengakui tingkat ancamannya masih cukup tinggi sampai sekarang.

Seranan siber terjadi tidak lepas dari kebijakan Rusia yang menyatakan Meta, perusahaan induk Facebook, Instagram dan WhatsApp, sebagai 'organisasi ekstremis' pada Maret 2022.

Penetapan tersebut setelah media sosial milik Mark Zuckerberg itu mengizinkan pengguna menyebarkan informasi yang isinya 'mengharapkan kematian pada orang Rusia'.

"Akses ke kedua platform ini diblokir berdasarkan Undang-undang Rusia. Twitter tidak lama lagi (ikut didaftarkan). Mayoritas orang Rusia setuju dengan larangan dan alasannya. Untuk itu, kami mengingatkan seluruh perusahaan dan organisasi di Rusia agar tidak lagi mengandalkan hardware maupun software asing," tutur Lipov.

Menurut laporan Roskomnadzor, terjadi 75 pelanggaran data utama dan sebanyak 200 juta kebocoran data pribadi warga Rusia sejak Januari hingga Juni 2023. Angka ini sebenarnya turun dari 600 juta kebocoran pada 2022.