93 Hari Tinggal di Bawah Air, Umur Pensiunan AL Berkurang Segini

Ilustrasi arus di Samudra Atlantik.
Sumber :
  • RHo (WMF)/Wikimedia

VIVA Tekno – Seorang ilmuwan mengklaim telah meningkatkan umurnya hingga 20 persen setelah hidup 93 hari di bawah air. Joseph Dituri, seorang pensiunan perwira Angkatan Laut (AL) telah tinggal di dalam pod seluas 100 kaki persegi di dasar Samudra Atlantik selama 93 hari, meneliti bagaimana lingkungan bertekanan berdampak pada tubuh manusia.

Misi tersebut juga dirancang untuk mengalahkan rekor dunia hidup di bawah air -masa tinggal sebelumnya adalah 73 hari, menurut laman Daily Mail, Senin, 5 Juni 2023.

Pria 55 tahun itu mengatakan bahwa dokter melakukan tes pada tubuhnya untuk melihat bagaimana perubahannya dari Maret hingga Juni, termasuk tes yang mengukur telomere, senyawa di ujung kromosom yang memendek seiring bertambahnya usia.

Dia mengklaim senyawa itu sekarang 20 persen lebih panjang, dan memiliki sel induk hingga 10 kali lebih banyak daripada saat pertama kali pindah ke pod bawah air pada bulan Maret.

Dituri mengalami 60 hingga 66 persen tidur REM yang dalam setiap malam, penanda inflamasinya telah dipotong setengahnya dan kolesterolnya turun hingga 72 poin.

Ilmuwan tersebut tidak memberikan perincian tentang bagaimana telomernya diukur, tetapi ada layanan pengujian yang mengukur panjangnya dari sampel darah. Sebagian besar layanan membutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk memberikan hasil. 

Perubahan kesehatan disebabkan oleh tekanan yang mirip dengan proses di ruang hiperbarik, yang ditemukan meningkatkan aliran darah otak, metabolisme otak, dan struktur mikro otak yang mengarah pada peningkatan fungsi kognitif, fungsi fisik, tidur, dan gaya berjalan.

Awet muda

Photo :
  • U-Report

Sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Tel Aviv pada tahun 2020 menemukan perawatan oksigen hiperbarik (HBOT) pada orang dewasa yang sehat dapat menghentikan penuaan sel darah dan membalikkan proses penuaan.

Para peneliti memaparkan 35 orang sehat berusia 64 atau lebih ke serangkaian 60 sesi hiperbarik selama 90 hari. 

Setiap peserta memberikan sampel darah sebelum, selama dan pada akhir perawatan serta beberapa saat setelah perawatan selesai. Para peneliti kemudian menganalisis berbagai sel kekebalan dalam darah dan membandingkan hasilnya. 

Berfokus pada sel-sel kekebalan yang mengandung DNA yang diperoleh dari darah peserta, penelitian ini menemukan pemanjangan hingga 38 persen dari telomere, menurut siaran pers Universitas Tel Aviv. 

Dituri menggunakan lingkungan bertekanan untuk mempelajari bagaimana tubuh manusia merespons paparan jangka panjang terhadap tekanan ekstrem di ruang kecil selama 100 hari -lingkungan serupa yang akan dialami para pahlawan penjelajah luar angkasa saat bepergian ke Planet Mars.

"Anda memerlukan salah satu tempat yang terputus dari aktivitas luar. Kirim orang ke sini untuk liburan dua minggu, di mana kaki mereka digosok, rileks, dan dapat merasakan manfaat pengobatan hiperbarik," ujarnya. 

Dituri memulai misi ini pada 1 Maret. Tujuannya bukan hanya memecahkan rekor hidup di bawah air terlama tetapi juga mempelajari bagaimana tekanan dapat bermanfaat bagi tubuh manusia.