Elon Musk Samakan AI dengan Jin
- Expat Guide Turkey
VIVA Tekno – Elon Musk menginginkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dipakai oleh pemerintah di seluruh dunia untuk mengembangkan senjata ‘sebelum sesuatu yang buruk terjadi’.
Ia memprediksi akan terjadi perlombaan senjata AI antara negara-negara maju. Elon Musk juga meramal akan ada perang drone sehingga membuat peradaban yang sekarang akan hancur.
"Saya pikir kami umumnya beroperasi dengan banyak asumsi bahwa peradaban itu kuat dan tidak ada yang bisa dihancurkan –sebuah sentimen yang telah umum sepanjang sejarah di antara kerajaan – yang tidak lama kemudian mereka hancur. Ada sedikit getaran pada kerajaan tahap akhir," kata Elon Musk, seperti dikutip dari Wall Street Journal’s, Senin, 29 Mei 2023.
Ketika ditanya apakah AI memajukan akhir dari sebuah kerajaan? Ia berpikir demikian. Menurutnya, AI diperlukan untuk apapun sesuai dengan keinginan pengguna.
Tapi, kata Elon Musk, ada risiko bahwa ketika manusia bergantung kepada AI, maka akan menghilangkan atau menghambat pertumbuhan umat manusia.
Menurut dia, ada elemen kecerdasan buatan super (super AI) yang merupakan pedang bermata dua. “Jika kita memiliki jin (di dalam botol) yang bisa memberikan apapun, ya, tentu bisa menimbulkan bahaya,” tegasnya.
Elon Musk menduga sejumlah pemerintah akan menggunakan AI sebagai senjata. Karena, memiliki senjata yang lebih canggih di medan perang dapat bereaksi lebih cepat daripada manusia mana pun. Di situlah kemampuan AI dipakai," tutur dia.
Setiap perang di masa depan akan terjadi di antara negara maju atau setidaknya negara dengan kemampuan drone yang akan menjadi perang drone, melansir dari laman Express.
Pada awal bulan ini, pemilik Twitter itu resmi mengundurkan diri sebagai kepala eksekutif (CEO) dan menunjuk Linda Yaccarino untuk menggantikannya.
Elon Musk mengaku akan fokus kepada desain produk dan teknologi baru, yakni memperkenalkan model pelanggan di mana orang dapat secara opsional membayar untuk layanan yang disempurnakan, yang disebut Twitter Blue.
“Cara tersebut akan membuat 10 ribu kali lebih sulit bagi AI membuat akun melalui model pelanggan. Salah satu tempat pertama yang perlu Anda waspadai di mana AI digunakan adalah media sosial untuk memanipulasi opini publik," papar pria berusia 51 tahun.
Alasan mengapa Twitter beralih ke sistem berbasis pelanggan adalah karena secara dramatis lebih sulit untuk membuat akun yang memiliki nomor telepon terverifikasi dari operator yang kredibel yang memiliki kartu kredit dan membayar per bulan.
Twitter Blue membuat cara ini akan menjadi sulit. Padahal dulunya seseorang bisa membuat sejuta akun dan kemudian memanipulasi atau memiliki sesuatu yang tampak sangat disukai publik atau dipromosikan dan di-retweet, padahal sebenarnya popularitasnya tidak ada.