Daftar Pekerjaan yang Aman dari Kehadiran ChatGPT

ChatGPT.
Sumber :
  • Getty Images

VIVA Digital – Kehadiran chatbot berbasis artificial intelligence (AI), ChatGPT digadang-gadang dapat menggeser manusia di banyak posisi pekerjaan.

Namun studi terbaru mencatat bahwa ada cukup daftar pekerjaan yang aman dari ancaman teknologi yang dikembangkan oleh OpenAI tersebut.

OpenAI ChatGPT.

Photo :
  • Richard Drew

Sebuah studi yang dilakukan University of Pennsylvania dan OpenAI mengungkapkan bahwa sekitar 80% tenaga kerja AS dapat terpengaruh setidaknya 10% dari tugas kerja mereka setelah kehadiran OpenAI. Hanya sekitar 19% pekerja yang pekerjaannya terpengaruh 50%.

Masih menurut studi tersebut, teknologi baru akan memengaruhi semua tingkat upah, dengan pekerjaan berpenghasilan lebih tinggi berpotensi menghadapi risiko penggantian yang lebih besar. Individu yang memegang gelar Sarjana, Magister, dan profesional lebih berisiko kehilangan pekerjaan mereka.

Pekerjaan yang paling berisiko adalah matematikawan, penyusun pajak, analis kuantitatif keuangan, penulis dan pengarang, desainer interface web dan digital, pembuat teks simultan, pengoreksi, penanda salinan, akuntan, auditor, analis beita, jurnalis, dan asisten administrasi.

Sementara pekerjaan yang paling aman adalah operator alat pertanian, atlet, mekanik mesin otomatis, tukang bangunan, koki, petugas kantin, bartender, pencuci piring, pemasang dan perbaikan saluran listrik, tukang kayu, pelukis, tukang pipa, tukang jagal, dan tukang batu.

Seperti dilansir dari Metro, sementara ChatGPT menjadi berita utama, itu hanya sebagian kecil dari apa yang dapat dilakukan LLM.

IIustrasi ChatGPT.

Photo :
  • pixabay.com

Dalam bentuknya saat ini, penelitian menunjukkan bahwa hanya 3% pekerja AS yang memiliki lebih dari setengah tugas mereka dilakukan dengan bantuan ChatGPT.

Kata para peneliti, pada potensi penuhnya, LLM dapat memroses dan menghasilkan berbagai bentuk data berurutan, termasuk bahasa rakitan, urutan protein, dan permainan catur. Jadi, teknologi tersebut dapat menyebabkan implikasi ekonomi, sosial, dan kebijakan yang menonjol, kata para peneliti.