Sampah Antariksa Berpotensi Jatuh di Jakarta

Sampah antariksa.
Sumber :
  • Earth.com

VIVA Tekno - Puing-puing yang jatuh dari sisa-sisa tahap peluncuran roket ke ruang angkasa memiliki peluang satu dari 10 untuk membunuh seseorang dalam dekade berikutnya, menurut para peneliti.

Mereka menyerukan lebih banyak upaya untuk menghilangkan puing-puing dari orbit dan mengembangkan sistem peluncuran yang lebih berkelanjutan.

Pada 2020, diperkirakan hampir dua pertiga dari semua peluncuran ruang angkasa mengakibatkan badan roket ditinggalkan di orbit.

Sampah luar angkasa seperti yang telah diketahui, menimbulkan ancaman bagi satelit lain yang aktif maupun satelit yang ada di permukaan Bumi, terlebih jika ukurannya cukup besar saat masuk kembali ke planet.

Menurut Badan Antariksa Eropa (ESA), ada lebih dari 28.000 objek buatan manusia saat ini di orbit —kurang dari 8 persen di antaranya sebenarnya adalah satelit yang beroperasi. Proporsi yang lebih besar (11 persen) terdiri dari tahapan roket bekas dan objek terkait misi lainnya seperti adaptor peluncuran dan penutup lensa.

Tubuh roket yang dibuang dapat melukai atau bahkan membunuh seseorang saat jatuh ke Bumi, menurut studi yang dieksplorasi oleh sarjana hukum Michael Byers dari University of British Columbia (UBC) dan rekan-rekannya dalam makalah Astronomi Alam yang diterbitkan Juli lalu.

Ilustrasi sampah antariksa.

Photo :
  • www.pixabay.com/WikiImages

Dengan menggunakan data selama 30 tahun dari katalog satelit publik CelesTrak, tim menghitung potensi risiko terhadap kehidupan manusia selama dekade berikutnya.

Analisis mereka memperhitungkan perkiraan tingkat masuknya kembali badan roket yang tidak terkendali, orbitnya, dan proyeksi populasi dan distribusi manusia. Para peneliti berasumsi bahwa setiap peristiwa masuk kembali menyebabkan puing-puing di area seluas lebih dari 100 kaki persegi.

Menggunakan dua metode berbeda, Byers dan timnya memperkirakan bahwa ada kemungkinan (6–10 persen) satu atau lebih korban jiwa akibat sampah luar angkasa yang jatuh dari orbit.

Ini tidak termasuk potensi peristiwa korban massal yang dihasilkan dari skenario terburuk, misalnya puing-puing yang berjatuhan menabrak pesawat yang sedang terbang, mengutip dari situs Express, Jumat, 5 Mei 2023.

Selain itu, analisis mengungkapkan bahwa distribusi orbit satelit yang ditimbulkan oleh sampah antariksa yang jatuh secara tidak proporsional lebih tinggi di belahan Bumi selatan. Padahal sebagian besar negara penjelajah ruang angkasa terletak di utara global.

Sebagai contoh, garis lintang di mana kota-kota di belahan bumi selatan ada di Dhaka, Jakarta dan Lagos, memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar terkena badan roket yang jatuh daripada di Beijing, Moskow atau New York, catat tim tersebut.