Negara Tetangga Indonesia Paling Berisiko Terdampak Gelombang Panas

Ilustrasi cuaca panas.
Sumber :
  • U-Report

VIVA Tekno - Temperatur global telah meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan dan itu berarti gelombang panas yang lebih ekstrem akan lebih sering terjadi. Para peneliti dari seluruh Inggris telah mengidentifikasi negara-negara yang paling berisiko terkena bahaya gelombang panas.

Ini bukan hanya negara di mana gelombang panas diperkirakan akan terjadi. Penelitian baru juga memperhitungkan faktor-faktor seperti sosial ekonomi, pertumbuhan populasi, stabilitas jaringan energi, dan ketersediaan layanan kesehatan.

Wilayah seperti Afghanistan, Papua Nugini, dan Amerika Tengah paling berisiko terkena dampak gelombang panas yang merusak, studi menyimpulkan. Sementara Beijing dan Eropa Tengah juga rentan, dengan populasinya yang besar menempatkan jumlah orang yang relatif besar dalam risiko.

Tim di belakang penelitian ingin melihat lebih banyak guna mempersiapkan gelombang panas yang berpotensi menghancurkan, menurut situs Science Alert, Selasa, 2 Mei 2023.

“Seringkali, daerah hanya siap menghadapi kejadian ekstrem yang pernah mereka alami dengan perencanaan yang diprakarsai oleh bencana di masa lalu,” tulis para peneliti dalam makalah yang diterbitkan.

Pembuat kebijakan dan pemerintah perlu mempersiapkan diri untuk peristiwa di luar catatan saat ini -terutama dengan tren yang disebabkan oleh perubahan iklim antropogenik yang meningkatkan kemungkinan ekstrem.

Para peneliti menggunakan model iklim terbaru dan data populasi global untuk membuat penilaian mereka, serta metode untuk menentukan kemungkinan berulangnya peristiwa iklim ekstrem yang dikenal sebagai statistik nilai ekstrem.

Ilustrasi heatstroke/cuaca panas.

Photo :
  • Freepik/rawpixel.com

Gelombang panas yang tidak masuk akal secara statistik –cukup ekstrem untuk tidak diprediksi oleh model– telah terjadi di 31 persen dari 136 wilayah yang dicakup oleh penelitian selama 60 tahun terakhir, kata para peneliti.

"Karena gelombang panas semakin sering terjadi, kita perlu lebih siap," kata ilmuwan iklim, Vikki Thompson dari University of Bristol di Inggris.

"Kami mengidentifikasi daerah yang mungkin beruntung sejauh ini. Beberapa daerah ini memiliki populasi yang berkembang pesat, beberapa negara berkembang, beberapa sudah sangat panas. Kami perlu menanyakan apakah rencana menghadapi panas untuk daerah ini sudah cukup," jelasnya.

Menahan suhu tinggi tidak hanya dapat membunuh orang secara langsung, tetapi juga mempersulit kehidupan sehari-hari dan bekerja, juga dapat menghancurkan dalam hal pertanian dan pengembangan pertanian yang memiliki efek lanjutan seperti peningkatan risiko kebakaran hutan.

Melakukan persiapan akan benar-benar mengurangi jumlah kematian. Persiapan ini dapat berupa pendinginan tempat di lingkungan perkotaan, pergeseran atau pengurangan jam kerja.

Negara-negara berkembang adalah yang paling tidak mungkin memiliki rencana panas yang komprehensif, menurut para peneliti. Harapannya, upaya untuk mengekang pemanasan global agar terus berlanjut, dengan langkah-langkah untuk membatasi bahaya dari peristiwa cuaca ekstrem yang sedang terjadi.

"Kami telah melihat beberapa gelombang panas yang paling tidak terduga di seluruh dunia menyebabkan kematian terkait panas dalam jumlah puluhan ribu," kata ilmuwan atmosfer Dann Mitchell, dari University of Bristol. 

Dalam penelitian ini, peneliti menyebut bahwa pemecahan rekor dari peristiwa panas ekstrem seperti itu dapat terjadi di mana saja. Oleh sebab itu pemerintah di seluruh dunia perlu bersiap.