NASA Klaim Sukses Menyelamatkan Bumi dari Tabrakan Asteroid

Pesawat ruang angkasa DART NASA yang mendekati asteroid Dimorphos.
Sumber :
  • NASA

VIVA Tekno – Sekitar lima bulan setelah NASA dengan sengaja menabrakkan roket ke asteroid yang jauh, badan antariksa tersebut membawa kabar baik.

Misi itu diklaim sukses besar dan metode serupa dapat mencegah Bumi dilenyapkan oleh batuan ruang angkasa yang berpotensi membunuh planet di masa depan, menurut empat studi baru yang diterbitkan dalam Jurnal Nature.

"Saya bersorak ketika DART menabrak asteroid untuk demonstrasi teknologi pertahanan planet pertama di dunia, dan itu baru permulaan," kata Nicola Fox, administrator asosiasi untuk Direktorat Misi Sains di Markas Besar NASA.

Menurutnya temuan ini menambah pemahaman mendasar mereka tentang asteroid dan membangun landasan bagaimana umat manusia dapat mempertahankan Bumi dari asteroid yang berpotensi berbahaya dengan mengubah jalurnya.

NASA meluncurkan misi Double Asteroid Redirection Test (DART) pada akhir November 2021, setelah perencanaan selama lima tahun. Tujuannya adalah untuk menguji teori pertahanan planet yang disebut teknik 'penabrak kinetik' yang pada dasarnya mengubah lintasan asteroid dengan menabrakkan roket ke dalamnya dengan kecepatan tinggi.

Studi kedua menggunakan dua metode berbeda untuk mengonfirmasi secara independen perlambatan 33 menit orbit Dimorphos. Sedangkan yang ketiga bertugas untuk menghitung momentum yang ditransfer dari pesawat ruang angkasa DART ke asteroid.

Pesawat DART NASA menabrak asteroid Dimorphos.

Photo :
  • NASA

Tabrakan itu langsung memperlambat kecepatan orbit asteroid setidaknya 0,1 inci per detik (2,7 milimeter per detik), berkat momentum pesawat ruang angkasa yang jatuh dan kepulan debu yang sangat besar, yang dikeluarkan dari permukaan asteroid setelah tabrakan.

Jejak puing-puing berdebu ini telah terlihat membentang ke luar angkasa sejauh ribuan mil, mengubah Dimorphos menjadi jenis asteroid yang kurang dipahami yang disebut asteroid aktif di mana pada dasarnya itu adalah batu luar angkasa yang mengorbit seperti asteroid tetapi memiliki ekor seperti komet.

"Secara keseluruhan hasil ini membuka jalan bagi masa depan yang cerah untuk pertahanan planet," kata Jason Kalirai, eksekutif area misi untuk ruang sipil di Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins, yang mengelola misi DART dengan NASA, dikutip dari situs Live Science, Jumat, 3 Maret 2023.

Penelitian mendalam tentang tabrakan DART akan dilanjutkan, karena Badan Antariksa Eropa (ESA) berencana meluncurkan pesawat ruang angkasa Hera pada tahun 2024 untuk mempelajari wajah Dimorphos yang terluka dari jarak dekat.