NATO Ikut Perlombaan Senjata di Luar Angkasa
- Global Times
VIVA Tekno – Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO telah mengumumkan proyek luar angkasa baru yang bertujuan untuk membuat armada satelit mata-mata.
Inisiatif tersebut, yang mencakup pelamar NATO, Swedia dan Finlandia, tidak hanya melibatkan aset nasional tetapi juga aset komersial.
Proyek yang disebut Alliance Persistent Surveillance from Space (APSS), diresmikan pada Rabu pekan lalu dengan total 16 negara anggota saat ini diperkirakan akan ikut serta.
Menurut sebuah pernyataan yang dipublikasikan di situs web NATO, proyek tersebut akan membantu merampingkan pengumpulan, pembagian, dan analisis data di antara Sekutu NATO dan dengan struktur komando NATO.
Swedia dan Finlandia mengajukan keanggotaan NATO pada Mei 2022, namun tawaran mereka belum disetujui oleh Hungaria dan Turki. Meski tidak secara resmi masuk ke dalam blok militer, Stockholm dan Helsinki sudah berpartisipasi dalam proyek bersama.
APSS akan memerlukan penciptaan konstelasi bernama Aquila, satelit nasional maupun komersial. Diharapkan itu akan memberikan dukungan penting untuk misi dan operasi militer NATO.
Blok militer menjelaskan bahwa APSS datang sebagai bagian dari Kebijakan Luar Angkasa Menyeluruh NATO yang diadopsi pada tahun 2019, mengutip dari situs Russian Today, Minggu, 19 Februari 2023.
Pada pertemuan di London pada tahun yang sama, negara-negara anggota mendeklarasikan ruang angkasa sebagai domain operasional kelima, di samping udara, darat, maritim, dan dunia maya.
NATO telah membunyikan alarm atas aktivitas Rusia dan China di luar angkasa, dengan alasan bahwa itu menjadi lebih ramai dan kompetitif. Blok militer mengklaim teknologi Moskow dan Beijing dapat membatasi akses sekutu dan kebebasan untuk beroperasi di luar angkasa.
NATO mengecam uji coba rudal anti-satelit Rusia pada November 2021 sebagai aksi sembrono dan tidak bertanggung jawab ketika sebuah roket menghantam dan menghancurkan satelit era Soviet yang tidak dapat dioperasikan.
Moskow menggambarkan tes itu sebagai cara untuk memperkuat kemampuan pertahanannya dan mencegah kemungkinan kerusakan mendadak pada keamanan negara di ruang angkasa dan di darat.
Rusia menolak saran negara-negara Barat pada saat itu bahwa puing-puing yang dihasilkan dapat membahayakan nyawa astronot, mencatat bahwa pecahan tidak mewakili dan tidak akan menimbulkan ancaman bagi stasiun orbit.
Kementerian Pertahanan Rusia juga menunjukkan bahwa AS, China, dan India telah melakukan tes serupa sebelumnya. Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, sementara itu, menyalahkan perlombaan senjata di luar angkasa.
Mengomentari strategi luar angkasa NATO Januari lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mencapnya 'bersifat pembakar' dan 'sejalan dengan kebijakan destruktif negara-negara anggota NATO yang dipimpin oleh Amerika Serikat'.
“Dengan melakukan itu, aliansi mengubah ruang angkasa menjadi medan perang,” bunyi peringatan Zakharova.