Teknologi NASA Dikerahkan untuk Temukan Korban Reruntuhan Gempa Turki

Tim penyelamat membawa jenazah korban dari reruntuhan gedung akibat gempa Turki.
Sumber :
  • AP Photo/Omar Sanadiki

VIVA Tekno – Teknologi yang dirancang Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) dikerahkan setelah gempa bumi dahsyat mengguncang Turki dan Suriah. Itu diperbantukan untuk menemukan orang-orang yang terperangkap di reruntuhan.

Badan antariksa mengatakan bahwa kelompok penyelamat di Turki dikirimi teknologi spin-off NASA yang dapat mendeteksi orang yang terperangkap di bawah puing-puing dari Grup SpecOps Florida.

Prototipe unit yang dijuluki Finding Individuals for Disaster Emergency Response (Finder), pada awalnya dibangun oleh Jet Propulsion Laboratory NASA yang bekerja sama dengan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS sebelum melisensikannya ke SpecOps.

“Di saat bencana, teknologi bisa menjadi penyelamat. Finder, teknologi Nasa memberi tim penyelamat alat penting untuk menemukan dan membantu mereka yang membutuhkan setelah gempa bumi baru-baru ini di Turki dan Suriah,” kata administrator NASA Bill Nelson dalam tweet.

Unit bekerja dengan menggunakan radar gelombang mikro untuk mendeteksi gerakan tubuh yang sangat kecil, yang disebabkan oleh proses seperti detak jantung atau pernapasan.

Pemadam kebakaran mengevakusi mayat korban gempa di Gaziantep, Turki.

Photo :
  • AP Photo/Kamran Jebreili.

“Tubuhmu bergerak satu milimeter saat jantungmu berdetak. Karena puing-puing itu sendiri tidak bergerak, kami dapat memisahkan gerakan tersebut. Kemudian kami melihat apakah gerakan tersebut menunjukkan detak jantung dan pernapasan," kata Jim Lux.

NASA mengatakan pihaknya juga berupaya membagikan pandangan udara dan data dari luar angkasa untuk mendukung pekerja bantuan dan pemulihan, menurut situs The Star, Kamis, 16 Februari 2023.

Pencarian korban selamat berlanjut menyusul dua gempa kuat yang melanda wilayah perbatasan Turki-Suriah beberapa jam setelah lebih dari seminggu yang lalu, meskipun harapan hidup semakin menipis.

Gempa tersebut menewaskan lebih dari 40.000 orang dan menyebabkan jutaan orang membutuhkan bantuan darurat. Gempa pertama tercatat berkekuatan 7,7 pada 6 Februari dan yang kedua, pada hari yang sama, tercatat berkekuatan 7,6.

Korban tewas akibat gempa hebat di Turki dan Suriah tercatat meningkat menjadi lebih dari 35.000 jiwa. Kerusakan finansial akibat gempa sendiri diperkirakan mencapai US$84,1 miliar atau setara dengan Rp1,2 kuadriliun, menurut Konfederasi Perusahaan dan Bisnis Turki, sebuah organisasi bisnis non-pemerintah.

Selain itu, Presiden Recep Tayyip Erdogan juga sempat menyerukan keadaan darurat selama tiga bulan, dan telah turun ke beberapa tempat penampungan di Kahramanmaras yang terkena dampak paling parah. Warga terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat gempa tersebut.