Ilmuwan Temukan Model Baru untuk Prediksi Datangnya Gempa Bumi

Gedung-gedung hancur akibat gempa Bumi magnitudo 7,8 di Antakya, selatan Turki.
Sumber :
  • AP Photo/Khalil Hamra.

VIVA Tekno  – Sebuah model baru mengklaim dapat memprediksi kapan dan di mana gempa besar berikutnya akan terjadi, beberapa hari setelah gempa berkekuatan 7,8 mengguncang Turki dan Suriah, menewaskan sedikitnya 19.000 orang. 

Dikembangkan oleh tim seismolog dan ahli statistik di Northwestern University, model ini memperhitungkan urutan dan waktu spesifik gempa bumi sebelumnya daripada hanya mengandalkan waktu rata-rata antara gempa bumi sebelumnya.

Metode ini juga menjelaskan mengapa gempa bumi cenderung datang berkelompok. Tim menemukan bahwa patahan memiliki memori jangka panjang yang berarti gempa bumi tidak melepaskan semua ketegangan yang terbentuk pada patahan tersebut dari waktu ke waktu, sehingga sebagian tetap ada setelah gempa besar dan dapat menyebabkan gempa lainnya.

Sebelumnya seismolog tradisional berasumsi bahwa gempa bumi besar pada patahan relatif teratur dan peristiwa berikutnya akan terjadi setelah waktu yang kira-kira sama dengan dua gempa sebelumnya. 

Pada kenyataannya, gempa bumi dapat terjadi lebih cepat atau lebih lambat dari yang diperkirakan, menurut situs Daily Mail, Selasa, 14 Februari 2023.

Tim penyelamat membawa jenazah korban dari reruntuhan gedung akibat gempa Turki

Photo :
  • AP Photo/Omar Sanadiki

Mempertimbangkan sejarah gempa bumi lengkap bukan hanya dari rata-rata waktu ke waktu dan waktu yang terakhir. Akan ada banyak metode yang membantu kita dalam meramalkan kapan gempa bumi di masa depan akan terjadi," kata Seth Stein, Profesor Ilmu Bumi dan Planet William Deering di Sekolah Tinggi Seni dan Sains Weinberg.

Menurutnya saat kita mencoba mencari tahu peluang tim untuk memenangkan pertandingan bola, kita tidak ingin hanya melihat pertandingan terakhir dan rata-rata jangka panjang. Melihat kembali game-game terbaru tambahan juga dapat membantu. Sekarang peneliti dapat melakukan hal serupa untuk gempa bumi.

Penelitian berfokus pada penyelidikikan proses batas lempeng dan deformasi dalam litosfer menggunakan berbagai teknik, termasuk seismologi, geodesi berbasis ruang (mengukur geometri, gravitasi, dan orientasi spasial Bumi dan benda astronomi lainnya, seperti planet) dan geofisika laut.

"Gempa bumi besar tidak terjadi seperti jarum jam. Terkadang kita melihat beberapa gempa bumi besar terjadi dalam jangka waktu yang relatif singkat dan kemudian dalam waktu yang lama ketika tidak terjadi apa-apa. Model tradisional tidak bisa menangani perilaku ini," kata penulis studi James S. Neely.

Para peneliti berharap bahwa model baru mereka akan menjadi alat yang berguna bagi seismolog saat mereka bekerja untuk meningkatkan prediksi gempa bumi dan mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk peristiwa seismik di masa depan seperti bencana di Turki dan Suriah.

Gempa berkekuatan 7,8 SR yang melanda Turki dan Suriah berpusat di kota Gaziantep, Turki. Musibah ini segera diikuti oleh gempa susulan berkekuatan 6,7 dalam waktu 7,5 jam kemudian, menurut US Geological Survey (USGS).