Twitter Masih Bersih-bersih

Elon Musk.
Sumber :
  • WIRED

VIVA Tekno – Twitter telah memecat setidaknya selusin karyawan yang bertanggung jawab untuk menangani kebijakan misinformasi, seruan global, dan media pemerintah di kantornya di Dublin, Republik Irlandia, dan Singapura.

Menurut laporan orang-orang yang mengetahui masalah tersebut, ini adalah aksi terbaru dari serangkaian reformasi radikal yang dilakukan oleh Elon Musk, selaku CEO baru platform media sosial burung biru ini.

Menurut Kepala Kepercayaan dan Keselamatan Twitter Ella Irwin, bahwa untuk mengkonsolidasikan tim maka pihaknya harus menghilangkan posisi dan pekerjaan rangkap.

Pemangkasan dilaporkan memengaruhi kepala integritas situs untuk wilayah Asia-Pasifik Twitter, Nur Azhar Bin Ayob dan Direktur Senior Kebijakan Pendapatan, Analuisa Dominguez. Sementara yang lain meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Dalam pernyataan terpisah, Irwin mengakui beberapa pemotongan baru di departemennya, tetapi mengatakan perusahaan masih memiliki ribuan orang yang bertanggung jawab atas moderasi konten dan tidak memotong tim yang melakukan pekerjaan itu setiap harinya.

Ilustrasi Twitter.

Photo :
  • Alex Castro

Setelah menyelesaikan pembelian Twitter senilai US$44 miliar pada Oktober 2022, Elon Musk mengakui bahwa kebangkrutan adalah kemungkinan bagi raksasa media sosial itu jika tidak mulai menghasilkan lebih banyak uang.

Dalam upaya memangkas biaya, dia memecat separuh staf perusahaan, termasuk sebagian besar eksekutif puncak dan memerintahkan karyawan yang tersisa untuk berhenti bekerja dari rumah.

Secara total, diperkirakan dua pertiga karyawan dan kontraktor perusahaan di seluruh dunia diberhentikan, dipecat, atau berhenti, menurut laman Russian Today, Selasa, 10 Januari 2023.

Sebagai pemilik baru platform tersebut, Musk juga mendorong untuk mengurangi pembatasan konten, bersumpah untuk menjadikan Twitter sebagai 'benteng' kebebasan berbicara, sambil mengantarkan serangkaian perubahan kebijakan.

Ia mengaktifkan kembali lusinan akun pengguna yang kontroversial dan mulai berbagi komunikasi internal perusahaan yang mengisyaratkan konspirasi politik besar-besaran antara pemerintah AS, badan intelijen, dan platform Teknologi besar untuk menyensor cerita, opini, dan orang yang tidak nyaman secara politik.