Akan Terjadi Balkanisasi internet hingga Smartphone Menggantikan Dokumen Kertas

Ilustrasi bebas berselancar di internet.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA Tekno – Pembentukan pasar yang lebih beragam untuk behaviour tracking (informasi tentang kebiasaan browsing pengguna) diprediksi akan terjadi pada 2023.

Selain itu, ponsel pintar (smartphone) akan mengambil alih dokumen tradisional hingga balkanisasi internet akan menjadi bagian dari realitas.

Semua perubahan ini pasti akan menuntut keamanan berbagai perangkat dan teknologi. Tahun ini ditandai dengan aktivitas regulasi terkait privasi di seluruh dunia, yang menargetkan sektor korporat dan swasta.

Beberapa tindakan menangani praktik pengawasan komersial dan keamanan data yang merugikan konsumen, sementara yang lain menangani teknologi pembelajaran mesin yang invasif untuk lebih melindungi data sensitif.

Namun, masih banyak masalah privasi yang dihadapi masyarakat dalam waktu dekat, terutama yang terkait dengan agenda geopolitik dan ekonomi saat ini.

Perkiraan tersebut dikembangkan berdasarkan pergeseran dan tren yang disaksikan oleh pakar privasi di Kaspersky pada tahun ini.

Perselisihan besar antara berbagai pemangku kepentingan dalam percakapan seputar privasi dan pengumpulan data akan menghasilkan kecenderungan sebagai berikut:

Internet of Things (IoT).

Photo :
  • vstory

Balkanisasi internet akan mengarah pada pasar behaviour tracking yang semakin beragam dan terlokalisasi serta pemeriksaan transfer data lintas batas (cross-border).

Sebagian besar halaman web dirayapi dengan pelacak tak terlihat, mengumpulkan data perilaku (behavioural data) yang selanjutnya dikumpulkan dan digunakan terutama untuk iklan bertarget.

Meskipun ada banyak perusahaan berbeda dalam bisnis iklan perilaku (behaviour ads), perusahaan teknologi besar yang berbasis di Amerika Serikat (AS) seperti Meta, Amazon, dan Google adalah pemimpin yang tidak perlu dipertanyakan lagi.

Namun, di banyak daerah, pihak berwenang semakin berhati-hati dalam berbagi data dengan perusahaan asing. Hal itu mendorong bisnis untuk menunjukkan preferensi pada pemain lokal, yang mungkin memiliki berbagai implikasi privasi.

Sementara perusahaan teknologi besar mungkin menghabiskan lebih banyak biaya untuk keamanan daripada perusahaan yang lebih kecil, bahkan mereka memiliki andil dalam pelanggaran data.

Entitas yang lebih kecil mungkin kurang menarik bagi peretas, tetapi juga kurang mendapat pengawasan dari badan pengatur.

Generasi milenial tidak bisa jauh dari smartphone.

Photo :
  • Boston Consulting Group

Lalu, ponsel pintar akan menggantikan lebih banyak dokumen kertas. Saat ini, smartphone atau perangkat lain banyak digunakan sebagai metode pembayaran, membuat kartu debit dan kredit klasik menjadi usang di beberapa negara.

Selain itu, ponsel dapat digunakan untuk keperluan medis – sebagai bukti vaksinasi atau status kesehatan negatif Covid-19 saat ini – atau bahkan sebagai versi digital dari kartu identitas.

Poin terakhir mungkin dapat membawa kenyamanan dan risiko. Di satu sisi, sistem yang diterapkan dengan benar dapat membantu menangani verifikasi harian tanpa harus menunjukkan kepada kasir seluruh dokumen dengan perincian lain seperti nama atau alamat.

Di sisi lain, menggunakan ponsel pintar untuk menyimpan data pribadi dalam jumlah yang semakin banyak menciptakan satu titik kegagalan, sehingga menimbulkan masalah keamanan yang serius.

Hal ini menempatkan tuntutan serius pada keamanan perangkat seluler dan cara data disimpan sembari menjaga privasi. Bukan itu saja. Kita akan mendengar lebih banyak kekhawatiran tentang privasi di metaverse.

Adopsi teknologi 5G dan metaverse.

Photo :
  • ELE Times

Jumlah data yang dihasilkan orang hanya dengan melakukan pembayaran nontunai dan membawa ponsel sepanjang hari sudah cukup untuk menarik kesimpulan yang paling sensitif.

Perangkat rumah pintar, kota pintar dengan pengawasan video di setiap sudut, mobil yang dilengkapi dengan banyak kamera dan adopsi IoT lebih lanjut, serta digitalisasi layanan yang berkelanjutan akan membuat privasi pribadi, setidaknya di perkotaan, berubah menjadi masa lalu.

Oleh karena itu, sementara metaverse berjanji untuk menghadirkan pengalaman offline ke dunia online, dunia online sudah terlebih dahulu menguasai dunia fisik, sebagaimana dilansir dari keterangan resmi Kaspersky, Senin, 12 Desember 2022.