Manusia Bisa Berbicara dengan Binatang Bukan Isapan Jempol

Ilustrasi kuda berlari.
Sumber :
  • www.pixabay.com/christels

VIVA Digital – Peneliti menemukan bahwa manusia dapat memahami perasaan binatang termasuk babi, kuda, dan kambing berdasarkan vokalisasi mereka.

Tim menyebut temuan tersebut menunjukkan informasi tertentu dalam suara seperti seberapa kuat emosi hewan yang tampaknya disampaikan dengan cara sama di seluruh spesies.

Dilansir dari The Guardian, studi yang dilakukan oleh University of Copenhagen, Denmark ini menyatakan bahwa pengetahuan perasaan hewan berdasarkan suara manusia juga.

“Orang-orang mungkin mendasarkan keputusan mereka tentang bagaimana suara manusia saat mereka kurang lebih terangsang karena gairah, yang terkait dengan jalur stres, di mana itu merupakan sistem yang dipertahankan dengan baik di seluruh vertebrata,” jelas Dr. Elodie Briefer, salah satu penulis penelitian.

Ilustrasi-Peternakan Babi

Photo :
  • antara/Satya Bati

Vertebrata adalah semua jenis binatang yang memiliki tulang belakang. Briefer dan rekannya melaporkan bagaimana mereka merekam vokalisasi dari enam spesies hewan (kuda, babi, kambing, sapi, kuda liar, dan babi hutan).

Tim mencatat apakah suara itu dibuat saat hewan terangsang – sebagaimana ditentukan oleh detak jantung atau gerakan. Apakah suara itu dibuat dalam konteks positif layaknya mengantisipasi makanan atau negatif seperti terisolasi.

Untuk manusia, para peneliti menggunakan rekaman rangkaian ucapan tak ada arti yang dikatakan ketika marah atau takut dalam rangka mewakili intensitas emosional yang lebih tinggi atau rendah serta gairah.

Hasilnya nanti akan terungkap suara itu merujuk ke konteks negatif atau sebaliknya. Sampel suara manusia didapatkan dari 1.024 peserta dari 48 negara dengan mendengarkan suara masing-masing pasangan secara online.

Sementara untuk binatang, peserta disuguhkan empat pasang vokalisasi. Tiap dua pasangan diminta menilai intensitas emosional dari suara sebagai tinggi atau rendah, sedangkan dua pasangan lain menilai apakah emosi yang dikeluarkan positif atau negatif.

Hasil menunjukkan bahwa secara keseluruhan peserta dengan benar menilai intensitas emosi subjek 54,1 persen dan 55,3 persen dari intensitas suara. Manusia rupanya cenderung lebih baik mengenal spesies domestik dibandingkan yang liar.

Peringkat tertinggi diduduki oleh babi dan kuda dengan persentase 59 persen dan 58 persen. Hal tersebut menurut Briefer disebabkan peserta lebih sering berhubungan dengan kedua binatang tersebut.

Selain itu, mereka juga lebih familiar dengan suara meringkik dari kuda. “Jika kami membawa penelitian ini lebih lanjut, kemungkinan besar kami dengan mudah dapat melatih orang untuk mengenali suara,” katanya.

Kendati demikian, para ilmuwan atau pemilik binatang kini tak hanya berfokus pada kesehatan fisik untuk menilai kesejahteraan hewan tapi juga melalui emosinya.