Teknologi Mendeteksi Leluhur Hantu di Genom Manusia
- Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology
VIVA Tekno – Seorang gadis remaja yang hidup lebih dari 50.000 tahun yang lalu mempunyai keunikan yang begitu aneh. Dia merupakan nenek moyang hasil perkawinan silang dari manusia modern yang belum pernah dilihat oleh para ilmuwan sebelumnya.
Baru-baru ini, para peneliti menemukan bukti bahwa dia tidak sendirian. Dalam sebuah studi pada 2019 yang menganalisis kekacauan prasejarah umat manusia, para ilmuwan menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk mengidentifikasi spesies nenek moyang manusia yang tidak diketahui, yang ditemui manusia modern dalam perjalanan panjang keluar dari Afrika ribuan tahun yang lalu.
"Sekitar 80.000 tahun yang lalu, apa yang disebut Out of Africa terjadi ketika sebagian dari populasi manusia, yang sudah terdiri dari manusia modern, meninggalkan benua Afrika dan bermigrasi ke benua lain sehingga memunculkan semua populasi saat ini," jelas ahli biologi Jaume Bertranpetit dari Universitas Pompeu Fabra di Spanyol.
Saat manusia modern menempa jalan ini ke daratan Eurasia, mereka juga melakukan beberapa hal lain seperti berkembang biak dengan hominid purba dan punah dari spesies lain.
Pasangan seksual yang terakhir diketahui termasuk Neanderthal dan Denisovans. Selebihnya tidak diketahui hingga 2010, menurut situs Science Alert, Kamis, 1 Desember 2022.
Dalam penelitian ini, pihak ketiga dari masa lalu diisolasi dalam DNA Eurasia berkat algoritme machine learning yang menyaring kode genetik manusia kuno dan modern yang rumit.
Menggunakan teknik statistik yang disebut inferensi Bayesian, para peneliti menemukan bukti dari apa yang mereka sebut 'introgresi ketiga' merupakan populasi kuno 'hantu' yang disilangkan dengan manusia modern selama eksodus Afrika.
"Populasi ini terkait dengan clade Neanderthal-Denisova atau menyimpang lebih awal dari garis keturunan Denisova," tulis para peneliti dalam makalah mereka yang berarti bahwa populasi ketiga dalam sejarah seksual manusia ini mungkin merupakan campuran dari Neanderthal dan Denisovans.
"Teori kami bertepatan dengan spesimen hibrida yang ditemukan baru-baru ini di Denisova, meskipun kami belum dapat mengesampingkan kemungkinan lain," kata salah satu tim, ahli genom Mayukh Mondal dari University of Tartu di Estonia.