FBI Nodai Pertemuan Mesra Joe Biden dan Xi Jinping di KTT G20 Bali

Pertemuan bilateral Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping di KTT G20 Bali, Indonesia.
Sumber :
  • AP Photo/Alex Brandon

VIVA Digital – Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (Federal Bureau of Investigation/FBI) mengklaim memiliki data akurat kalau China telah mencuri data pribadi warga negara AS melalui aplikasi media sosial TikTok.

Bahkan, FBI secara terang-terangan menuduh China sebagai pencuri data pribadi terbanyak dari negara manapun.

Pernyataan salah satu lembaga milik pemerintah AS ini seakan bertolak belakang dengan apa yang disampaikan Presiden Joe Biden ketika bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dalam Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 Bali, Indonesia yang memastikan tidak akan ada Perang Dingin baru.

Pertemuan keduanya pun berlangsung hangat namun blak-blakan dan membahas operasi militer Rusia di Ukraina, ketegangan di Selat Taiwan, dan uji coba rudal Korea Utara.

Kepala FBI Christopher Wray mengatakan salah satu masalah keamanan utama yang mengkhawatirkan adalah aplikasi media sosial TikTok yang dimiliki oleh ByteDance Technology yang tunduk pada Undang-Undang Intelijen Nasional China 2017, yang mewajibkan warga negara dan bisnis untuk membantu dalam pengumpulan intelijen.

"Program peretasan besar-besaran China jadi yang terbesar di dunia dan mereka telah mencuri lebih banyak data pribadi dan bisnis Amerika daripada gabungan setiap negara lain," kata Wray, seperti dikutip dari situs Sputniknews, Rabu, 16 November 2022.

Lebih lanjut, bos FBI itu menjelaskan bahwa pemerintah China dapat menggunakannya untuk mengontrol pengumpulan data jutaan pengguna. Algoritma rekomendasi dapat digunakan untuk mempengaruhi operasi.

TikTok.

Photo :
  • TikTok

Kemungkinan lain adalah mengontrol perangkat lunak pada jutaan perangkat yang memberi peluang untuk secara teknis membahayakan perangkat pribadi.

Kepala FBI Christopher Wray juga mengaku ada sejumlah kekhawatiran tentang apa yang sebenarnya terjadi dan benar-benar dilakukan sehubungan dengan TikTok yang membagikan informasi data dengan pemerintah China di mana detailnya masih belum diketahui.

Sebelumnya, para pejabat telah menyatakan kekhawatirannya yang disinggung oleh mantan Presiden AS Donald Trump dan Senator Marco Rubio dan Mark Warner, serta Brendan Carr yang sebelumnya meminta Google dan Apple untuk melarang aplikasi TikTok di toko online mereka.

Bahkan, Rubio dan Warner menyerukan larangan habis-habisan terhadap TikTok dalam sebuah opini yang mengutip dugaan penyalahgunaan aplikasi oleh China yang dapat digunakan untuk melacak lokasi ponsel dan mengumpulkan data penelusuran internet.

Sementara itu, beberapa cabang pemerintahan termasuk militer telah melarang pekerjanya memiliki aplikasi tersebut di ponsel mereka. 

TikTok adalah salah satu aplikasi paling populer di dunia, memiliki lebih dari 1 miliar pengguna (per September 2021) dan membuat CEO Silicon Valley mencoba memikirkan bagaimana mereka dapat bersaing dengan perusahaan yang berbasis di Beijing, ibu kota China tersebut.