Temuan Aneh Ilmuwan: Tikus Ternyata Suka Lagu Lady Gaga
- skynews.com
VIVA Digital – Tikus memiliki ritme dan dengan senang hati akan mengikuti irama dari lagu Lady Gaga dan Queen, demikian temuan para ilmuwan.
Para peneliti di University of Tokyo memainkan musik untuk 10 tikus, dilengkapi dengan akselerometer nirkabel untuk mengukur gerakan kepala mereka, menurut penelitian yang diterbitkan pada Jumat pekan lalu, melansir jurnal Science Advances, Senin, 14 November 2022.
Musik yang dimainkan adalah lagi Born This Way dari Lady Gaga, Another One Bites the Dust dari Queen, Sonata dari Mozart untuk Two Pianos in D Major, Beat It oleh Michael Jackson dan Sugar dari Maroon 5.
Bagian lagu berdurasi satu menit dimainkan dengan empat kecepatan berbeda untuk 10 tikus dan 20 peserta manusia. Studi tersebut menemukan bahwa tikus dan manusia memiliki sinkronisasi detak terbaik dalam kisaran 120 hingga 140 detak per menit.
Para ilmuwan dalam percobaan berharap untuk mengetahui apakah hewan kecil seperti tikus lebih memilih detak yang lebih cepat daripada manusia, berpikir itu akan berkorelasi dengan faktor fisik seperti detak jantung dan ukuran tubuh.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa tikus-tikus itu berhasil mengikuti semua lagu saat diputar dengan 132 ketukan per menit, sama seperti manusia.
Tetapi penelitian menunjukkan bahwa mereka kurang menyukainya ketika lagu itu diperlambat atau dipercepat.
"Hasil detak tikus ditampilkan bahwa, tanpa pelatihan atau paparan musik sebelumnya , sinkronisasi ketukan paling jelas dalam 120-140 bpm (detak per menit), di mana manusia juga menunjukkan sinkronisasi ketukan paling (sama) jelas," jelas Professor Hirokazu Takahashi dari Universitas Tokyo.
Tim tersebut juga menemukan bahwa baik tikus maupun manusia menggerakkan kepala mereka mengikuti irama dengan ritme yang sama, dan tingkat sentakan kepala menurun saat musik dipercepat.
"Sejauh pengetahuan kami, ini adalah laporan pertama tentang sinkronisasi ketukan bawaan pada hewan yang tidak dicapai melalui pelatihan atau paparan musik," kata Takahashi.
Para peneliti di proyek tersebut mengatakan penemuan mereka terasa seperti wawasan tentang penciptaan musik itu sendiri.
“Selanjutnya, saya ingin mengungkapkan bagaimana sifat musik lainnya seperti melodi dan harmoni berhubungan dengan dinamika otak. Saya juga tertarik dengan bagaimana, mengapa dan seperti apa mekanisme otak menciptakan bidang budaya manusia seperti seni rupa, musik, sains, teknologi, dan agama,” kata Takahashi.
“Saya percaya bahwa pertanyaan ini adalah kunci untuk memahami cara kerja otak dan mengembangkan AI (kecerdasan buatan) generasi berikutnya. Juga, sebagai seorang insinyur, saya tertarik pada penggunaan musik untuk kehidupan yang bahagia.” tambahnya.