Perusahaan Harus Tahu 5 Karakter Generasi Alfa, Si Pendukung Metaverse

Generasi Alfa.
Sumber :
  • Good Morning America

VIVA Digital – Mungkin sudah akrab di telinga kita istilah generasi X, Y, dan Z. Namun, tahukah Anda generasi baru yang akan membentuk masa depan dunia kerja dengan cara yang luar biasa?

Mereka sangat gesit dalam berteknologi dan yang tertua di antara mereka berusia sekitar 12 tahun. Itulah generasi Alfa, mereka yang lahir pada 2010 sampai 2024, dan akan mengisi 11 persen dari total jumlah tenaga kerja secara global pada 2030, menurut lembaga penelitian McCrindle.

“Tidak pernah terlalu dini untuk mulai berpikir tentang generasi Alfa, karena ini adalah kesempatan untuk meninjau dan menjelajahi strategi sumber daya manusia (SDM) yang akan memberi keunggulan bagi perusahaan," kata Komisaris Utama Wagely, Alex Denni, melalui konferensi pers virtual, Senin, 7 November 2022.

Karena usia minimum untuk bekerja di Indonesia adalah 15 tahun, dengan beberapa pengecualian, seperti 13 tahun untuk pekerjaan ringan dan 18 tahun untuk pekerjaan berat atau berbahaya, generasi Alfa kemungkinan besar akan mulai mengisi tempat kerja pada 2028.

Setiap generasi telah mengubah dunia kerja, namun, kini dan masa depan ada di tangan generasi Alfa. Selagi perusahaan berupaya menarik dan mempertahankan generasi Z, saatnya untuk memikirkan kembali pendekatan terhadap benefit karyawan, budaya kerja, dan sebagainya, untuk juga dapat memenuhi kebutuhan generasi Alfa.

Pembaca pun diajak untuk lebih memahami bagaimana perusahaan dapat mendukung generasi Alfa, meskipun perjalanannya masih panjang:

Generasi Alfa.

Photo :
  • Corgan

Konsep Learning 5.1

Menurut Alex, karyawan di era Industri 5.0 termasuk generasi Alfa perlu memiliki mindset, skillset, dan toolset baru agar terus bertumbuh dan berkembang. Ia menyarankan perusahaan agar menciptakan budaya belajar di mana setiap karyawan mau belajar dan mengajar sambil bekerja sehingga tanpa sadar menjadi kompeten dalam mengerjakan tugas masing-masing.

Konsep ini menghadirkan sebuah pola pikir baru bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk dipelajari mengingat peran teknologi yang membuat akses pengetahuan semakin luas dan tak terbatas bagi generasi Alfa.

"Konsep pembelajaran ini juga menjelaskan bahwa setiap orang adalah pembelajar sekaligus pengajar, sehingga arus pengetahuan tidak satu arah tetapi dua arah. Tidak ada lagi istilah mentor-mentee atau atasan-bawahan dalam proses pembelajaran di lingkungan kerja masa depan," jelas dia.

Teknologi dan metaverse

Tidak seperti generasi sebelumnya, generasi Alfa telah belajar berbagai topik seperti kecerdasan buatan (AI) dan bahasa pemrograman sejak sekolah dasar. Mereka adalah generasi yang paling terintegrasi secara teknologi.

"Karena telah terbiasa dengan berbagai perangkat pintar, mereka akan belajar dengan lebih cepat dan dapat menerapkannya dalam dunia kerja," paparnya.

Bahkan, kata Alex, generasi Alfa dapat dengan nyaman menggunakan metaverse untuk pelatihan. Misalnya, seorang insinyur mekanik bisa melakukan simulasi penyelesaian masalah lewat metaverse.

Kesejahteraan jadi prioritas

Tumbuh di tengah pandemi Covid-19, ketidakpastian ekonomi, dan tren kerja jarak jauh membuat kesejahteraan (wellbeing) menjadi agenda utama ketika generasi Alfa memasuki dunia kerja. Bahkan, perhatian terhadap kesejahteraan kian meningkat selama beberapa tahun terakhir.

Metaverse.

Photo :
  • Bernard Marr

Studi Global Talent Trends 2022 dari Mercer mengungkap, program kesejahteraan termasuk dalam lima alasan teratas mengapa karyawan bertahan, sehingga perusahaan harus memastikan kesejahteraan karyawan secara emosional, fisik, sosial, dan finansial.

Lebih lanjut, Survei Kesehatan Finansial yang dilakukan Wagely kepada lebih dari 3.500 karyawan menunjukkan bahwa 77,5 persen karyawan lebih betah di perusahaan mereka.

Dengan memiliki akses ke gaji yang sudah diperoleh kapan pun dibutuhkan, karyawan dapat membayar tagihan tepat waktu dan mencapai tujuan finansial mereka, sehingga hasilnya karyawan bertahan lebih lama.

"Di saat earned wage access terus menjadi norma baru, penting bagi perusahaan untuk beradaptasi dengan apa yang menjadi ekspektasi generasi Alfa," jelas Alex.

Keberagaman dan inklusi

Saat generasi Alfa memasuki pasar tenaga kerja, akan ada banyak keberagaman dalam posisi pimpinan. Mereka percaya bahwa penting untuk memperlakukan semua orang secara setara tanpa memandang ras, suku, warna kulit, dan asal negara.

Kesetaraan gender sama pentingnya bagi generasi ini. Tumbuh di dunia yang beragam membentuk pandangan dan harapan generasi Alfa.

Mereka tidak akan sungkan pergi jika tahu berada di perusahaan yang terlihat mendukung sesuatu secara publik, padahal sebenarnya mengabaikan.

Generasi Alfa.

Photo :
  • The Future of Commerce

Dampak positif 

Bekerja dari mana saja juga akan menjadi norma baru bagi generasi Alfa. Selama pandemi Covid-19, mereka sekolah secara online, sehingga transisi menuju kerja di mana saja akan lebih mudah.

Selain itu, generasi Alfa ingin bekerja untuk perusahaan yang sejalan dengan nilai-nilai yang mereka pegang.

"Mereka akan merasa puas dengan pekerjaan yang mereka lakukan, apabila perusahaan memberikan dampak positif, terutama pada isu-isu utama yang menjadi perhatian mereka seperti perubahan iklim, inklusi keuangan, dan pemberdayaan perempuan," ujar Alex.