Melestarikan Budaya Indonesia Lewat Metaverse
- Wired
VIVA Digital – Melestarikan warisan budaya tak lagi hanya sebatas pada ruang konvensional seperti museum. Saat ini keberadaan museum menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan masyarakat Indonesia.
Museum sebagai sarana untuk menyimpan dan memperkenalkan sejarah serta kebudayaan yang ada masyarakat terdahulu. Keberadaan museum menjadi suatu hal yang sangat penting dengan nilai pendidikan karakter sekaligus sejarah yang ada.
Namun, kesadaran masyarakat terutama generasi muda terkait keberadaan museum masih rendah sehingga banyak yang mengabaikan keberadaan museum.
Dengan semakin mutakhirnya dunia teknologi, hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, contohnya lewat metaverse.
Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta berkolaborasi dengan Skolla, UPK Perkampungan Budaya Betawi, beserta kolaborator lainnya, meluncurkan Pameran 10 Siklus Kehidupan Masyarakat Betawi di Metaverse.
Skolla adalah perusahaan rintisan teknologi pendidikan atau startup edutech yang fokus untuk mengembangkan metode pembelajaran berbasis teknologi immersive.
Kepala Eksekutif Skolla Devlin Hazrian Saleh mengatakan adanya kolaborasi ini sebagai suatu sarana pendidikan karakter kebudayaan dalam melestarikan Budaya Betawi, menampilkan sepuluh siklus masa kehidupan masyarakat Betawi dari semenjak lahir hingga akhir hayat.
Melalui berbagai medium seni, seperti seni lukis, komik, digital, dan animasi yang dibuat oleh seniman Betawi. Karya-karya tersebut memiliki sisi edukasi seputar keagamaan, kekeluargaan, serta kemasyarakatan.
Pameran ini juga digelar menggunakan Skollaverse (Ruang Metaverse Skolla) dalam bentuk metaverse sehingga akan terkesan lebih menyenangkan.
Menurutnya, saat ini dibutuhkan yang virtual agar masyarakat mendapatkan akses yang lebih mudah dapat belajar Budaya Betawi.
Langkah tersebut bukan hanya dapat menjaga dan melestarikan budaya bangsa, namun juga melihat berbagai potensi lain yang dapat dikembangkan melalui teknologi digital seperti metaverse.
"Kami ingin menunjukkan bahwa budaya tradisional dapat berpadu, serta sejalan di era digital tanpa batas sekarang ini. Dengan teknologi masa depan, kami yakin mampu meroketkan talenta dengan kebudayaan dan jati diri bangsa," kata Devlin, dalam konferensi pers virtual, Sabtu, 5 November 2022.