Ilmuwan Jepang Berhasil Tumbuhkan Rambut di Laboratorium, Tanpa Kulit Kepala

Ilustrasi rambut/wanita.
Sumber :
  • Freepik/cookie_studio

VIVA Digital – Para ilmuwah asal Jepang, baru-baru ini mengungkapkan bahwa pihaknya berhasil menumbuhkan rambut tanpa kulit kepala, di laboratorium. Kok bisa?

Para peneliti di Universitas Nasional Yokohama Jepang mengatakan dalam siaran pers bahwa mereka telah mempelopori pertumbuhan folikel rambut in vitro, yang termasuk sukses besar setelah beberapa dekade penelitian tentang apa yang membuat rambut tumbuh tersebut. 

Sebuah studi tentang pekerjaan tersebut, yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances, melansir Futurism, merinci bagaimana para peneliti dapat mengubah struktur sel-sel kulit tikus menggunakan jenis gel khusus yang mereka buat, yang memungkinkan para ilmuwan untuk memprogram ulang sel-sel untuk merangsang pertumbuhan rambut.

Folikel rambut yang dikembangkan peneliti

Photo :
  • YOKOHAMA NATIONAL UNIVERSITY

Ketika folikel ditransplantasikan ke tikus hidup yang tidak berbulu, folikel ini bahkan dapat terus berfungsi di berbagai siklus pertumbuhan rambut.

Dalam upaya untuk lebih memahami interaksi antara jaringan ikat dan sel-sel kulit yang menghasilkan pertumbuhan rambut, tim Jepang menumbuhkan "versi kecil dan sederhana dari organ" yang dikenal sebagai "organoid," dan kemudian menggunakan gel mereka untuk memprogram ulang mereka untuk meniru folikel rambut di lingkungan alaminya, yaitu kulit kepala. 

"Jika Anda memikirkan folikel rambut, ada rambut di tengahnya dan kemudian ada lapisan sel epitel di sekitar folikel dan sel khusus lainnya," jelas Kairbaan Hodivala-Dilke, pakar ilmu kedokteran di Queen Mary University of London, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, kepada New Scientist.

Ilustrasi rambut/wanita.

Photo :
  • Freepik/cookie_studio

Gel yang sama, pada gilirannya, mereplikasi lingkungan alami tubuh dengan cara memungkinkan sel-sel epitel bersatu satu sama lain, tambah Hodivala-Dilke.

Folikel rambut tumbuh sepanjang tiga milimeter selama bulan mereka tumbuh - yang "mungkin terkait dengan fakta bahwa siklus rambut tikus adalah sekitar satu bulan," kata Junji Fukada kepada New Scientist. 

Namun sebenarnya, ilmu organoid sendiri telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Alhasil, tim ilmuwan yang dipimpin oleh insinyur biomedis Tatsuto Kageyama dari Universitas Nasional Yokohama di Jepang memutuskan untuk melakukan penelitian ini.

Mereka memulai dengan dua jenis sel yang diambil dari embrio tikus: epitel (kulit); dan mesenkim.

Beberapa dari kelompok sel ini dikembangkan dengan zat yang disebut Matrigel, preparasi membran turunan tikus yang membantu sel membentuk struktur. Beberapa kelompok sel lain juga coba dibiakkan tanpa Matrigel.

Ilustrasi rambut panjang.

Photo :
  • U-Report

Perbedaan itu menunjukkan hasil yang mencolok. Kedua jenis sel berkumpul, kemudian secara spontan terpisah dalam agregat, membentuk struktur yang terorganisir.

Tanpa Matrigel, atau ketika Matrigel ditambahkan kemudian, struktur ini berbentuk halter, dan gagal berkembang menjadi folikel fungsional.

Namun, ketika Matrigel ditambahkan dalam waktu enam jam setelah pembibitan dengan sel, struktur yang terbentuk terdiri dari inti sel epitel yang dikelilingi oleh cangkang sel mesenkim.

Para peneliti menyebut pengaturan ini meningkatkan area kontak antara dua jenis sel, sehingga memfasilitasi perkembangan gumpalan menjadi folikel.

Dengan demikian, metode ini membuat gumpalan cangkang inti berkembang menjadi organoid folikel penghasil rambut yang matang dengan tingkat keberhasilan hampir 100 persen, menumbuhkan 2 milimeter rambut setelah 23 hari.

Dia menambahkan bahwa timnya sekarang sedang mengerjakan replikasi percobaan dengan sel kulit manusia. Seperti yang dicatat oleh Hodivala-Dilke, penemuan ini masih awal dan "tidak akan menyembuhkan kerontokan rambut" dengan sendirinya.

Namun demikian, dia menambahkan bahwa itu "meletakkan dasar bagi seseorang untuk berpotensi melakukannya." "Anda mungkin bisa mengambil rambut dari seseorang yang rambutnya sangat lebat," kata peneliti Inggris itu kepada New Scientist, "dan membuatnya tumbuh di laboratorium dan kemudian menggunakan folikel itu untuk melakukan transplantasi."

Namun, percobaan dengan manusia belum bisa dilakukan dalam waktu dekat, namun sudah mengagendakannya. Tak seperti kepada tikus, tim ahli tidak akan menggunakan sel dari embrio pada uji coba terhadap manusia. 

Mereka akan menggunakan sel yang didonasikan oleh orang dewasa dan membalikannya ke dalam sel induk. Para ahli berharap bisa menumbuhkan epithelial dan mesenkim yang dibutuhkan.