Orangutan Sumatera hingga Harimau Jawa Terancam Punah di 2050
- VIVA/Dani Randi
VIVA Tekno – Lima kepunahan massal telah terjadi dalam sejarah Bumi dan banyak ahli telah memperingatkan kepunahan massal keenam bisa terjadi sebagai akibat dari aktivitas manusia sejak Zaman Eksplorasi. Beberapa ilmuwan bahkan meramal hampir 40 persen dari spesies saat ini bisa punah pada awal 2050.
Kepunahan massal keenam jelas masuk akal, menurut Nic Rawlence, merupakan Direktur Laboratorium Palaeogenetika Otago dan dosen senior DNA purba di Departemen Zoologi di Universitas Otago, Selandia Baru.
"Dan jika spesies tidak punah secara global, kemungkinan spesies yang tidak dapat beradaptasi dengan dunia kita yang berubah dengan cepat akan mengalami penyusutan jangkauan, kemacetan populasi, kepunahan lokal dan menjadi punah secara fungsional," jelasnya.
Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List of Threatened Species, sekitar 41.000 fauna —hampir sepertiga dari semua spesies yang dinilai— terancam punah.
Banyak spesies dan subspesies yang terkenal masuk dalam ancaman, termasuk orangutan sumatera (Pongo abelii), macan tutul amur (Panthera pardus orientalis), gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), badak hitam (Diceros bicornis), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), harimau jawa (Panthera tigris sondaica) dan gorila sungai salib (Gorilla gorilla diehli).
Mereka diklasifikasikan sebagai 'sangat terancam punah' yang berarti spesies-spesies ini berada pada risiko kepunahan yang sangat tinggi di alam liar, menurut IUCN dan World Wide Fund for Nature (WWF).
Melansir dari situs Live Science, Selasa, 20 September 2022, kategori ini memiliki risiko kepunahan yang sangat tinggi sebagai akibat dari penurunan populasi yang cepat, dari 80 menjadi lebih dari 90 persen selama 10 tahun sebelumnya.
Banyak dari spesies ini sangat terancam sehingga mereka mungkin tidak dapat bertahan hingga tahun 2050. Misalnya, hanya 70 macan tutul Amur yang tersisa di alam liar, sedangkan vaquita (Phocoena sinus), spesies lumba-lumba yang dianggap sebagai mamalia laut paling langka di dunia, turun menjadi 10 individu, menurut WWF.
Ada banyak spesies yang kurang dikenal, yang juga berisiko. Ulasan 2019 yang diterbitkan dalam jurnal Biological Conservation menemukan bahwa lebih dari 40 persen spesies serangga terancam punah.