5 Negara Asia Pasifik yang Diincar Hacker, Ada Indonesia

Hacker.
Sumber :
  • The Motley Fool

VIVA Tekno – Perusahaan keamanan siber global membayangkan jawaban atas pertanyaan 'bagaimana-jika' di dunia dengan teknologi yang berkembang. Apakah ketidakhadiran keamanan siber sama artinya dengan dunia yang lebih aman?

Seperti diketahui, belakangan ini marak terjadi kasus serangan siber, termasuk pembobolan data. Padahal, di dunia ini ada yang namanya keamanan siber, namun tetap saja kejahatan ini terjadi.

Nah, perusahaan keamanan siber asal Rusia, Kaspersky memberikan gambaran. Dalam laporannya, Kaspersky menyebut bahwa dunia tanpa keamanan siber kemungkinan akan terjadi distopia digital atau kekacauan di ranah digital. Bukannya malah lebih baik, justru akan menjadi mimpi buruk.

Direktur Global Research & Analysis Team Kaspersky untuk Asia Pasifik, Vitaly Kamluk, mengungkapkan bahwa hidup di dunia tanpa keamanan siber bukanlah pilihan tepat.

Menurutnya, menghapus entitas pertahanan dunia maya membuka pintu lebar bagi para pelaku kejahatan siber untuk mengeksploitasi data pengguna, mulai dari informasi keuangan, catatan kesehatan, rencana perjalanan, pengeluaran, dan masih banyak lagi.

Lalu, akan ada kemungkinan pembelian palsu, dengan setiap orang dapat mengklaim identitas seseorang untuk membeli dan bahkan mentransfer uang.

Tanpa kontrol akses, pemungutan suara dan survei elektronik dapat dicurangi untuk kepentingan pihak tertentu. Tidak ada yang akan memiliki akun pribadi online karena tidak akan ada yang bersifat personal.

Lebih lanjut, Kamluk menyebut tidak adanya validasi integritas juga membuat berita dan informasi tidak dapat dipercaya, dengan berita palsu dan disinformasi diperkirakan akan tumbuh merajalela.

Orang tidak dapat mempercayai teknologi apa pun yang mereka gunakan dan informasi apa pun yang mereka baca. Pada dasarnya, apa pun bisa dipalsukan di dunia tanpa keamanan siber.

"Saya melihat dunia tanpa keamanan siber sebagai distopia digital di mana tidak ada yang dapat sepenuhnya memanfaatkan peluang yang dibawa oleh teknologi terbaru yang ada di tangan kita," ujar Kamluk, dalam pernyataan resminya, Minggu, 18 September 2022.

Kamluk mengatakan bahwa saat ini, keamanan siber seringkali menjadi bagian tak terlihat dari kehidupan yang kerap kita anggap remeh. Tetapi ia menilai manusia berhutang banyak untuk kemudahan tersebut yang telah membawa pada pencapaian peradaban kini.

"Tanpa perusahaan dan solusi yang hadir untuk melindungi data kita, identitas kita, berita yang kita konsumsi, serta aplikasi dan perangkat yang kita gunakan, kita akan dibiarkan sendiri untuk mengarungi risiko dan saya yakin tidak ada yang akan memilih untuk melakukannya di tengah kehidupan yang penuh kekacauan seperti ini," tuturnya.

Ketika berbicara mengenai risiko, Kamluk juga mengungkapkan bahwa Kaspersky dari Juli 2021 hingga Agustus 2022 saja, perusahaan keamanan siber global telah mendeteksi dan memblokir lebih dari 7,2 miliar serangan oleh objek berbahaya termasuk malware dan konten web berbahaya di seluruh dunia.

Dari Agustus 2021 hingga Juli 2022, Asia Pasifik tampaknya menjadi kawasan yang rentan. Satu dari setiap tiga (35 persen) deteksi objek berbahaya yang terdeteksi oleh solusi Kaspersky secara global menargetkan pengguna dari wilayah tersebut.

"India, Jepang, Vietnam, China, dan Indonesia adalah lima negara teratas dalam hal upaya infeksi," jelas Vitaly Kamluk.