Waktu Makan Ternyata Berpengaruh Terhadap Kesehatan Mental

Depresi.
Sumber :
  • U-Report

VIVA Tekno – Tetap terbangun disaat jam istirahat pada malam hari dapat membawa dampak negatif terhadap mood dan emosional seseorang.

Lebih dalam, mengerjakan pekerjaan disaat orang-orang lain telah terlelap juga sangat beresiko bagi kesehatan mental seseorang.

Studi menunjukkan, bahkan setelah bertahun-tahun dihabiskan untuk bergadang, tubuh kita tidak akan sepenuhnya beradaptasi dengan jadwal yang berubah. Faktanya, efek negatifnya tampak semakin buruk semakin lama jam biologis digagalkan.

Sementara itu, banyak pekerjaan yang mengharuskan untuk tetap terjaga pada malam hari.

Selain melatonin dan terapi cahaya yang sudah diselidiki sebagai solusinya. Saat ini, para peneliti juga mengajukan obat mujarab potensial lainnya, yakni mengubah waktu makan, seperti dikutip dari situs Livescience, Kamis, 15 September 2022.

"Temuan kami membuka pintu untuk strategi perilaku tidur/sirkadian baru yang mungkin juga bermanfaat bagi individu yang mengalami gangguan kesehatan mental," kata ahli saraf Sarah Chellappa, yang membantu melakukan uji coba secara acak saat bekerja di Brigham and Women's Hospital di Boston.

Adapun, keseimbangan hormon tubuh manusia yang khas berfluktuasi sepanjang hari berdasarkan jam sirkadian mereka, dan bukti menunjukkan bahwa makan malam dapat mengganggu metabolisme.

Itu bisa menjadi bagian dari alasan mengapa pekerja shift malam cenderung memiliki indeks massa tubuh yang lebih tinggi dan rasio pinggang-pinggul yang lebih besar daripada pekerja siang hari.

Selain itu, gangguan kontrol glikemik juga merupakan faktor risiko umum untuk gangguan mood ditambah dengan depresi dan obesitas sering berjalan beriringan dalam lingkaran setan yang meningkatkan risiko dan tingkat keparahan kedua kondisi tersebut.

Adapun, hal ini masih menjadi bidang penelitian yang baru muncul, tetapi percobaan baru-baru ini menunjukkan bahwa membatasi makan di siang hari dapat membantu mencegah kerentanan suasana hati yang terkait dengan kerja malam.

Penelitian tersebut berlangsung selama dua minggu, 19 peserta menjadi sasaran simulasi kerja malam dalam uji coba terkontrol secara acak.

Makanan di antara setengah dari kelompok itu dimakan pada siang dan malam hari, sementara separuh lainnya hanya di makan pada siang hari.

Penulis menemukan peningkatan 26 persen dalam tingkat suasana hati seperti depresi dan 16 persen peningkatan tingkat suasana hati seperti kecemasan dibandingkan dengan  ukuran dasar. Sedangkan, kelompok yang hanya makan di siang hari melaporkan tidak ada perubahan suasana hati seperti itu.

Saat ini, penelitian lebih lanjut yang diperlukan untuk mengeksplorasi apakah intoleransi glukosa pada malam hari mungkin dapat berperan. Hasil dari uji coba acak baru-baru ini menunjukkan bahwa hanya makan pada siang hari dapat mencegah ketidakseimbangan glukosa yang dapat terjadi pada pekerja shift malam.

"Waktu makan muncul sebagai aspek penting dari nutrisi yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik," kata Chellappa.

"Tetapi peran kausal dari waktu asupan makanan pada kesehatan mental masih harus terus diuji." imbuhnya.