Orbit Jupiter yang Berubah Berdampak Positif untuk Bumi

Penampakan badai di Planet Jupiter.
Sumber :
  • NASA, ESA, CSA, JUPITER ERS TEAM

VIVA Tekno – Pergeseran orbit Jupiter membuat permukaan Bumi lebih ramah untuk kehidupan daripada sebelumnya, menurut penelitian baru.

Ilmuwan Universitas California-Riverside (UCR) mensimulasikan pengaturan alternatif Tata Surya menemukan bahwa ketika orbit Jupiter lebih rata atau eksentrik, akan menyebabkan perubahan besar pada orbit Bumi.

Jupiter adalah planet paling masif di tata surya sejauh ini, sehingga jika orbitnya berubah itu dapat mempengaruhi kemampuan Bumi untuk mendukung kehidupan menjadi lebih baik.

"Jika posisi Jupiter tetap sama, tetapi bentuk orbitnya berubah, itu benar-benar dapat meningkatkan kelayakhunian planet ini," kata pemimpin studi sekaligus ilmuwan Bumi dan planet UCR, Pam Vervoort.

Banyak yang yakin bahwa Bumi adalah lambang planet yang layak huni dan bahwa setiap perubahan pada orbit Jupiter sebagai planet masif hanya akan berdampak buruk bagi Bumi.

Planet Jupiter dengan empat Bulan sebagai satelitnya.

Photo :
  • Instagram/@simply_telescope

"Kami menunjukkan bahwa kedua asumsi itu salah," ujarnya yang dikutip dari situs Space, Kamis, 15 September 2022.

Planet dengan orbit yang lebih melingkar akan menjaga jarak tetap dari bintangnya. Sementara orbit yang lebih eksentrik membawa planet lebih dekat dan lebih jauh dari bintangnya pada titik yang berbeda di orbit itu.

Kedekatan dengan bintang menentukan berapa banyak radiasi yang diterimanya dan bagaimana itu mempengaruhi iklim planet.

Jika orbit Jupiter menjadi lebih eksentrik, tim menemukan bahwa orbit Bumi akan didorong menjadi lebih eksentrik juga. Ini berarti Bumi akan lebih dekat ke Matahari daripada sebelumnya.

Beberapa bagian terdingin di planet kita akan memanas mencapai suhu dalam kisaran yang dapat dihuni, yang didefinisikan antara 32 hingga 212 derajat Fahrenheit (0 hingga 100 derajat Celcius) untuk berbagai bentuk kehidupan di Bumi.

Piramida Antartika

Photo :
  • Tangkapan Layar

Tim berpikir pemodelan mereka dapat membantu para astronom menentukan planet mana di luar tata surya atau exoplanet yang dapat dihuni.

Ini karena jarak sebuah planet ke bintangnya dan variasinya menentukan berapa banyak radiasi yang diterima oleh bagian-bagian yang berbeda kemudian menciptakan musim.

Pencarian planet layak huni bergantung pada apakah sebuah planet berada di dalam zona layak huni bintangnya. Hasil ini dapat memperkenalkan parameter pencarian baru.

"Hal pertama yang dicari orang dalam pencarian planet ekstrasurya adalah zona layak huni, jarak antara bintang dan planet untuk melihat apakah ada cukup energi untuk air cair di permukaan planet," kata astrofisikawan UCR, Stephen Kane.

Memiliki air di permukaannya merupakan metrik pertama yang sangat sederhana dan itu tidak memperhitungkan bentuk orbit planet atau variasi musiman yang mungkin dialami planet.

mBV4ndcPMFg