Menkominfo Tekankan 5 Sektor Prioritas
- VIVA/Maha Liarosh
VIVA Tekno – G20 Digital Inovation Network (DIN) menjadi pertemuan lanjutan Menteri digital teknologi anggota G20. DIN juga merupakan rangkaian side event pertemuan Digital Economy Working Group (DEWG).
Menkominfo Johnny G Plate mengatakan DIN G20 dirancang untuk menjadi katalisator bagi tumbuhnya Kerja sama antara inovasi dan para pelaku startup dengan modal ventura dalam hal pembiayaan kepada perusahaan rintisan atau startup.
“Jika pada DEWG fokus pada pengembangan ekonomi digital, DIN G20 fokus sebagai forum premier yang mempertemukan para pelaku industri dan inovasi mancanegara untuk saling berkolaborasi,” kata Menkominfo di Nusa Dua, Bali, Sabtu malam, 3 September 2022.
Dari forum tersebut, Kominfo mengharapkan semua pihak yang diundang dalam pembahasan membangun dunia yang lebih baik melalui solusi digital.
Dalam hal ini ada 5 sektor prioritas yang ditekankan, yaitu kesehatan, energi terbarukan, pendidikan dan teknologi, inklusifitas keuangan, serta rantai pasok.
Pertemuan yang digelar pada 2-4 September 2022 ini melibatkan 400 partisipan dari 42 venture capital, 55 startup, serta pembuat kebijakan di bidang digital, termasuk sejumlah startup dunia yang hadir secara offline maupun online.
Johnny G Plate mengatakan partisipasi DIN G20 didominasi oleh sektor healthcare dan green renewable energy. Peserta startup yang hadir rata-rata berada pada tahap pendanaan seri A atau yang memiliki valuasi sekitar US$15 juta hingga US$20 juta.
Modal ventura yang terlibat juga memiliki struktur portofolio pendanaan yang kuat di negaranya masing-masing, untuk mendukung pendanaan lintas negara.
“DIN ini merupakan ikhtiar presidensi G20 Indonesia untuk mendorong terciptanya Kerja sama antar pelaku industri yang dapat melakukan inovasi,” kata dia.
Dalam DIN G20 yang pertama kali digelar, Kominfo menghadirkan lima startup dari negara anggota G20 dan tamu undangan untuk menampilkan inovasi yang telah diterapkan di pasar mereka.
Salah satu startup yang dihadirkan adalah Meta. Layanan jejaring sosial itu meluncurkan Meta Immersive Learning Academy (MILA) atau akademi pembelajaran virtual.
MILA memfasilitas para kreator di bidang augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) pada level pemula dan profesional.
Menurut Manager Kebijakan Publik Meta Indonesia Noudhy Valdryno, kurikulum pada akademi pembelajaran virtual itu mencakup pelatihan secara online dan tatap muka. Dalam hal ini Meta menampilkan kreator AR (augmented reality) lokal.
“Saat ini kami masih dalam tahap awal membangun metaverse. Maka dari itu penting bagi kami bisa bekerja sama dan berkolaborasi dengan berbagai kreator, teknologi, dan developer baru,” kata Noudhy.