Samsung Kecolongan Lagi

Hacker mengambil data pribadi korban.
Sumber :
  • TechCrunch

VIVA Tekno – Samsung mengingatkan pelanggannya agar waspada tentang insiden keamanan siber yang terjadi pada Juli lalu, di mana pihak ketiga tidak resmi telah berhasil mendapatkan informasi dari beberapa data pribadi pengguna sistem Samsung di Amerika Serikat (AS).

Samsung mengklaim, data yang berhasil dirauk didalamnya berisikan nama, ulang tahun, kontak, informasi demografi, dan registrasi produk.

Kendati demikian, Samsung memastikan bahwa hingga saat ini tidak ada nomor keamanan sosial atau nomor kartu debit ataupun kredit pengguna yang berhasil dicuri, mengutip dari situs The Verge, Minggu, 4 September 2022.

Adapun, raksasa teknologi asal Korea Selatan ini menemukan pelanggaran tersebut pada 4 Agustus 2020 lalu dan mengklaim saat ini tengah menginvestigasi permasalahan tersebut dengan firma keamanan siber ternama.

Juru Bicara Samsung, Chris Langlois mengatakan kepada TechCrunch bahwa data demografi yang berhasil dicuri adalah data pelanggan yang digunakan untuk marketing dan periklanan. Sementara, pada data registrasi didalamnya berisikan tanggal pembelian produk, model, dan ID perangkat.

Hanya saja, Langlois menolak untuk menyebutkan berapa banyak pelanggan yang menjadi korban ataupun alasan perusahaan mengapa telat dalam mengingatkan pelanggan perihal pelanggaran ini.

Berdasarkan laman Frequently Asked Question-nya, Samsung mengklaim setelah insiden tersebut terjadi, perusahaan telah mengirimkan email terhadap pelanggan yang terkena dampak.

"Informasi yang dicuri dari tiap pelanggan mungkin saja beragam. Kita mengingatkan pelanggan untuk membuat mereka waspada terhadap persoalan ini" Tulis Samsung.

Sebagai informasi tambahan, ini merupakan kali kedua Samsung mengonfirmasi pelanggaran data yang menimpa perusahaannya pada tahun ini.

Sebelumnya, pada bulan Maret lalu, Samsung mengakui, kelompok hacker bernama Lapsus$, kelompok hacker yang juga menginfiltrasi Nvidia, Microsoft, dan T-Mobile telah berhasil mendapatkan membocorkan hampir 200GB data-data penting, termasuk di dalamnya kode sumber untuk beberapa teknologi dan algoritma yang digunakan untuk membuka operasi biometrik.