'Si Merah' untuk Mencegah Stunting

Petani Sawit.
Sumber :
  • Dok. Istimewa

VIVA – Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) terus menjalankan perannya mendukung pemerintah menjaga ketahanan pangan (food security).

Salah satu unit usaha dari PT Riset Perkebunan Nusantara sebagai anak usaha dari Holding Perkebunan Nusantara PTPN III, yaitu Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), telah menghasilkan inovasi yang diharapkan menjadi upaya dan langkah baru dalam rangka pengentasan stunting sekaligus pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Produk inovasi tersebut adalah minyak makan merah. Dalam rangka memenuhi standard mutu dan keamanan pangan, PPKS berkoordinasi dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menjamin keamanan dan mutu produk minyak makan merah.

"Kami mendukung penuh percepatan implementasi program ini dan mensupervisi pembangunan pabrik minyak makan merah agar sesuai dengan good manufacturing practice (cara memproduksi pangan yang baik)," kata Kepala BPOM Penny K Lukito, Selasa, 23 Agustus 2022.

Ia juga menekankan bahwa proses supervisi dalam rangka mendapatkan izin edar tersebut tidak berbiaya atau gratis. Selanjutnya, PPKS dan BPOM akan terus berkoordinasi agar upaya mewujudkan pabrik minyak makan merah dapat segera terealisasi dan produknya dapat terjamin untuk dikonsumsi masyarakat.

Kaya nutrisi

Minyak makan merah atau disebut juga sebagai refined palm oil (RPO) merupakan produk dari minyak sawit mentah (crude palm oil atau CPO) yang setelah proses penyulingan tidak melanjutkan proses-proses selanjutnya.

Awalnya, daging sawit digiling sampai mengeluarkan cairan gabungan antara minyak dan air. Nantinya, proses ini akan menghasilkan minyak sawit mentah.

Selanjutnya, kandungan air dalam minyak sawit tersebut dipisahkan dengan penyulingan agar menghasilkan minyak makan merah.

Inilah yang menjadi proses terakhir untuk menghasilkan minyak makan merah sehingga minyak ini memiliki warna merah cair.

Dengan begitu, minyak ini dinamakan minyak makan merah, yang diklaim memiliki beberapa keunggulan, seperti proses pengolahan yang sederhana dan murah, instalasi pengolahan dapat dibangun di remote area, sehingga distribusi dan biaya logistik menjadi lebih murah.

Selain itu, minyak makan merah juga memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik sehingga dapat menjadi solusi untuk pemenuhan zat gizi bagi masyarakat Indonesia.

"Dan yang tak kalah penting adalah dapat dikembangkan pada skala usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) atau koperasi, sehingga berpotensi meningkatkan nilai tambah dan peningkatan kesejahteraan petani kebun," ujar Direktur Produksi dan Pengembangan Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mahmudi.

Anti-stunting

Hasil inovasi minyak makan merah itu mempunyai kandungan fitonutrien, antara lain karoten (sebagai pro-vitamin A), tokoferol dan tokotrienol (sebagai vitamin E), serta squalene. Bukan itu saja.

Kepala PPKS M Edwin S Lubis menyatakan bahwa minyak makan merah berpotensi digunakan sebagai pangan fungsional. Sesuai digunakan untuk menumis bahan pangan, salad dressing, serta bahan baku margarin, dan shortening.

"Berbagai kandungan nutrisi ini membuat minyak makan merah sebagai salah satu bahan pangan untuk mencegah stunting. Kandungan asam oleat dan asam linoleat di dalamnya berfungsi untuk pembentukan dan perkembangan otak, transportasi, dan metabolisme pada anak," tegas Edwin.