Mengapa Indihome Simpan Data Pribadi Pengguna?
- Indihome
VIVA Tekno – Praktisi keamanan siber Teguh Aprianto sudah mengungkapkan jika Indihome mencuri data browsing pengguna sejak 2020.
Pernyataan ini kembali mencuat karena baru saja anak usaha Telkom Group itu dikabarkan mengalami kebocoran data pribadi pengguna yang saat ini telah mereka umumkan hasil investigasinya.
"Selama ini @IndiHome diam-diam mengambil data browsing history milik kamu. Berdasarkan website tracker milik mereka, website tsb sudah mendapatkan hits sebanyak 26,681,371,055 (26,6 Miliar). Tidak diketahui berapa banyak data yg sudah mereka dapatkan," tweetnya melalui akun @secgron.
Menjawab tuduhan tersebut, Vice President Network and IT Strategy Telkom Group Rizal Akbar mengatakan bahwa kewajiban untuk menyimpan data pribadi pelanggan tercatat di sejumlah regulasi.
Seperti turunan dari Undang-undang Telekomunikasi Nomor 36, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 serta Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 20 Tahun 2016 tentang perlindungan data pribadi dalam sistem elektronik dan Nomor 1 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan jasa telekomunikasi.
"Kami harus menyimpan data pelanggan berdasarkan undang-undang. Jadi kami simpan bukan karena keinginan kami, tapi amanat undang-undang. Seluruh yang kami lakukan dasarnya ada di undang-undang," ujarnya di Jakarta, Senin, 22 Agustus 2022.
Telkom Indonesia sebagai perusahaan publik harus patuh pada regulasi tersebut. Penyimpanan juga dilakukan dengan sangat terkendali serta rahasia.
"Tidak mungkin secara teknis ada satu row yang simpan nomor informasi IndiHome dan nomor browsing history. Itu pasti bukan dari kami. Kami bisa buktikan secara teknis," lanjutnya.
Kemudian berdasarkan Permen Kominfo Nomor 1 Tahun 2021, data harus terproteksi atau terenkripsi. Data pelanggan disimpan dalam keadaan terenkripsi, jadi ketika bocor, tidak mungkin bisa dibuka, klaim Rizal.
Kemarin Indihome diterpa kabar kebocoran data history browser pelanggan sebanyak 26 juta. Namun informasi tersebut telah mereka tepis setelah melakukan investigasi yang perusahaan sebut sangat hati-hati.
"Kebetulan pas kemarin ribut, kami ikut forum, beli juga. Pengen tahu datanya bener gak sih. Angkanya yang kemarin beredar kurang lebih 0,009478 Bitcoin atau Rp470 ribu untuk 26 juta data," ungkap Senior Vice President Corporate Communication and Investor Relations Telkom, Ahmad Reza.
Saat kabar dugaan kebocoran data itu terkuak di publik, perusahaan mengaku langsung melakukan tindakan. Mereka berhasil menyelesaikannya kurang dari 24 jam. Meski begitu, Indihome melakukannya dengan hati-hati karena menyangkut kepercayaan publik.
"Kita juga gak mau gegabah, tetap hati-hati melalui semua langkah investigasi karena protokolnya juga sudah ada. Dan kesimpulannya tidak ada breach, dan data itu merupakan hasil fabrikasi," jelasnya.