Generasi Muda Bisa Bantu Selamatkan Bumi Lewat Media Sosial
- Freepik
VIVA – Perwakilan anak muda negara-negara anggota G20 atau Youth 20 (Y20) menyerukan pentingnya peran generasi muda mewujudkan penyelamatan Bumi dengan ekonomi sirkular.
Alesya Krit, Center of Competence for Climate Change, Environment and Noise Protection di Aviation Hessen, menyarankan pentingnya berpikir secara lokal dalam upaya mendorong konsumsi berkelanjutan.
"Kita harus berpikir lokal dan menyesuaikan solusi dengan wilayah tujuan, serta cocok dengan dimensi sosial dan budaya setempat. Lalu, membentuk perspektif normatif dan mengajak pekerja, teman, serta masyarakat untuk mengenal pemikiran baru, misalnya, lewat media sosial seperti TikTok challenge," katanya, dalam konferensi pers virtual, Senin, 23 Mei 2022.
Sementara Partner in Systemiq Joi Danielson mengatakan perlunya memperhatikan pola konsumsi sebelum masuk ke pembahasan ekonomi sirkular. Menurutnya, manusia takut akan kelangkaan, sehingga cenderung mengonsumsi lebih dari apa yang dibutuhkan.
Pada sebuah ekonomi yang berbasis konsumsi, semakin banyak yang dikonsumsi maka akan semakin tinggi Produk Domestik Bruto (PDB).
"Sistem kita mengandalkan konsumsi berlebihan. Jika kita bisa membantu orang merasa bahwa apa yang mereka miliki sudah cukup, kita bisa meyakinkan mereka untuk hanya mengonsumsi yang dibutuhkan. Dengan ini, kita bisa mulai memutus siklus konsumsi tersebut," jelas Joi.
Hal senada juga diungkapkan Program Lead di Platform for Accelerating Circular Economy, Ke Wang. Menurutnya, meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap ekonomi sirkular tidak hanya bisa mengakibatkan perubahan kebiasaan, tetapi juga perubahan kebijakan.
"Para politisi mendengarkan aspirasi masyarakat, namun kesadaran masyarakat terhadap ekonomi sirkular masih sangat rendah. Di sinilah, anak muda memainkan perannya lantaran telah menunjukkan bahwa mereka memegang peran penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim," paparnya.
Pendiri dan Kepala Eksekutif Waste4Change Mohammad Bijaksana Junerosano menambahkan jika populasi dunia saat ini telah mencapai 7,9 miliar jiwa sehingga jika ingin terdapat perubahan tanpa peperangan, sebanyak empat persen dari sebuah populasi harus diyakinkan.
"Ada 10 juta orang yang harus diyakinkan tentang ekonomi sirkular di Indonesia. Memang, terkadang terasa sulit, tapi yang terpenting kita harus optimis bahwa kita bisa melakukan perubahan dengan berkolaborasi," ungkap Junerosano.