Jangan Konsumsi Minuman Berkafein saat Sahur dan Buka Puasa
- Orissa Post
VIVA – Air merupakan zat gizi dengan kontribusi terbesar di dalam tubuh. Sebanyak dua per tiga komposisi tubuh merupakan air yang fungsinya tidak bisa digantikan oleh zat gizi lain. Kekurangan cairan dalam tubuh dapat memberikan efek jangka pendek.
Efek yang dimaksud seperti penurunan konsentrasi, fokus, daya ingat sesaat dan bahkan bisa menyebabkan penurunan fungsi kognitif. Sedangkan, dalam jangka panjang, kurangnya konsumsi cairan dapat meningkatkan risiko gangguan ginjal seperti batu ginjal dan infeksi saluran kemih.
Mengkonsumsi air yang cukup tidak hanya mencegah berbagai gangguan tubuh tetapi juga menjaga agar ibadah puasa dapat berjalan dengan lancar. Sayangnya, data menunjukkan bahwa 1 dari 4 orang dewasa dan 1 dari 5 anak dan remaja di Indonesia kurang mengonsumsi cairan, hal ini perlu menjadi perhatian terlebih saat menjalankan ibadah puasa.
"Selama puasa orang cenderung menunjukkan konsumsi cairan yang lebih rendah dibanding saat tidak berpuasa, sehingga kita perlu mewaspadai risiko tersebut. Kita perlu menjaga cairan, air, dan elektrolit, untuk menghindari dehidrasi," kata Ahli Penyakit Dalam – Gastro Enterelogy Ari Fahrial Syam, Senin, 11 April 2022.
Menurutnya, minum minimal 8 gelas sehari tetap harus dilakukan selama berpuasa. Hal tersebut bisa dilakukan pada waktu sahur, saat buka, dan setelah buka puasa. Ia juga mengingatkan untuk menghindari asupan yang bersifat diuretic seperti kafein, sehingga memicu banyak buang air kecil.
"Mengkonsumsi makanan yang asin dan pedas juga sebaiknya dikurangi karena dapat merangsang diare sehingga perlu disesuaikan dengan masing-masing individu. Tidak dianjurkan juga untuk mengonsumsi banyak cairan pada satu waktu karena dapat merangsang terjadi diuresis," tuturnya.
Bukan cuma orang dewasa, kurangnya asupan hidrasi untuk anak saat menjalankan ibadah puasa juga harus diperhatikan oleh orangtua agar anak dapat merasakan manfaat puasa secara sehat.
Ahli Ginjal Anak Sudung O Pardede menyebut berpuasa tidak berbahaya bagi anak dan dianjurkan anak mulai berpuasa di usia 7 hingga 8 tahun. Namun, hal ini juga bergantung pada lama berpuasa dan menyesuaikan dengan kebutuhan anak.
"Selama berpuasa, anak mengalami perubahan gaya hidup terutama pada pola diet dan pola istirahat sehingga menyebabkan perubahan proses metabolik," jelas dia.
Ketua Indonesian Hydration Working Group (IHWG) Diana Sunardi menyatakan selama bulan puasa, 3 dari 5 orang dewasa di Indonesia masih belum mencukupi kebutuhan minumnya.
Ia juga mengatakan ada kecenderungan mengkonsumsi minuman ringan berpemanis, berdasarkan hasil survei yang dilakukan IHWG. Tidak hanya itu. IHWG juga memperkenalkan aplikasi Hidrasiku yang mempunyai berbagi fitur, seperti water tracking, hydration tips, artikel, serta pengingat saat harus minum.
"Kami berharap dapat membantu masyarakat untuk memenuhi kecukupan hidrasi dengan adanya aplikasi ini sehingga bisa membantu mengurangi risiko berbagai penyakit di kemudian hari akibat dehidrasi yang berkepanjangan," ungkapnya.
Hydration Science Consultant Danone-Aqua Tria Rosemiarti menambahkan, untuk mencegah terjadinya risiko gangguan tubuh akibat kurangnya asupan hidrasi dan menunjang ibadah puasa, penting untuk memperhatikan jumlah asupan dan juga memperhatikan kualitas air yang dikonsumsi.
Air minum yang baik tentunya memiliki kriteria tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak mengandung zat-zat berbahaya. "Lalu, yang perlu diingat bahwa harus memastikan sumber airnya murni, berkualitas, terlindungi, dan sesuai standard serta regulasi yang ditetapkan pemerintah," papar dia.