Selada Luar Angkasa Bukan Tanaman Biasa

Daun selada.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Selada luar angkasa dapat membantu astronot menjaga kesehatan tulang yang baik dalam perjalanan jauh, sebuah studi baru menunjukkan.

Penelitian menemukan bahwa astronot dapat kehilangan sekitar 1 persen dari massa beberapa tulang per bulannya saat mereka menghabiskan waktu di luar angkasa.

Selain dampak gaya berat mikro pada tulang berada di luar angkasa dapat memengaruhi gen kesehatan tulang, menurut Twins Study. Astronot melakukan latihan khusus untuk membantu mengurangi efek ini.

Dalam sebuah studi baru, para peneliti dari University of California, AS menciptakan eksperimen selada yang menghasilkan parathyroid hormone (PTH), yang secara alami diproduksi oleh kelenjar paratiroid dan salah satu fungsinya adalah membantu merangsang pertumbuhan tulang, mengutip dari situs Space, Kamis, 24 Maret 2022.

Para peneliti berpikir jenis baru selada luar angkasa ini dapat membantu para astronot mempertahankan kepadatan tulang mereka saat berada di luar angkasa.

Studi baru ini dipresentasikan pada pertemuan musim semi American Chemical Society. Pemberian PTH untuk mengobati keropos tulang mungkin tidak bekerja dengan baik untuk perjalanan yang lebih lama, seperti misi ke Mars.

Obat yang mengandung PTH yang biasanya digunakan pada orang yang memiliki kadar hormon rendah dalam tubuh. Lalu, untuk meningkatkan jumlah kalsium dalam darahnya diberikan melalui suntikan.

Tetapi suntikan ini tidak akan menjadi solusi jangka panjang yang ideal untuk misi jangka panjang ke tujuan yang jauh seperti Planet Merah. Namun astronot bisa mendapatkan PTH dengan menanam dan memakan selada ini.

Para astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) telah menanam dua jenis selada biasa serta produk lainnya, seperti sejenis sawi, lobak, dan cabai melalui eksperimen Veggie and Advanced Plant Habitat di stasiun tersebut.

"Astronot dapat membawa benih transgenik yang sangat kecil dan menumbuhkannya seperti selada biasa," kata Peneliti Somen Nandi. Selada bersifat transgenik karena mengandung gen dari organisme lain.

Untuk mengembangkan strain selada yang mengandung PTH, tim peneliti menginfeksi tanaman selada dengan bakteri yang dikenal sebagai Agrobacterium tumefaciens, mentransfer gen yang dibutuhkan tanaman untuk menghasilkan PTH.

Mereka juga mengirim gen ke tanaman yang memungkinkannya menghasilkan antibodi manusia, protein pelawan penyakit dalam sistem kekebalan. Bagian antibodi ini disebut domain fragmen yang dapat dikristalkan (Fc). Para peneliti berpikir itu akan membuat hormon lebih stabil dan lebih mudah diproses tubuh.