Astronot akan Dibuat Tidur dalam Perjalanan ke Mars

Astronot.
Sumber :
  • Innovation News Network

VIVA – Era baru eksplorasi ruang angkasa ada di depan mata dan akan ada banyak misi menarik menuju ke luar angkasa di tahun-tahun mendatang. Ini termasuk misi berawak ke Bulan dan pembuatan pangkalan permanen di sana serta misi berawak ke Planet Mars dan sekitarnya.

Perjalanan ini akan menghadirkan tantangan yang signifikan karena transit satu arah ke Mars dapat memakan waktu enam hingga sembilan bulan. Selain tekanan fisik dan mental yang dirasakan oleh para astronot karena durasi dan paparan jangka panjang terhadap gaya berat mikro dan radiasi, ada juga tantangan logistik.

Saat ini Badan Antariksa Eropa (ESA) sedang menyelidiki teknologi hibernasi yang memungkinkan astronot untuk tidur di sebagian besar perjalanan, sehingga saat mereka tiba di Mars sudah siap untuk menjelajahinya.

Penelitian terbaru ini dipimpin oleh Alexander Chouker. Makalah yang menjelaskan temuan mereka ini diterbitkan dalam Jurnal Neuroscience & Biobehavioral Review, mengutip dari situs Universe Today, Senin, 21 Februari 2022.

Tantangan utama ketika merencanakan misi ke Mars melibatkan optimalisasi massa keseluruhan pesawat ruang angkasa dan menjaga kesehatan fisik serta mental kru. Dalam hal persediaan saja mereka harus membawa cukup makanan, air, dan kebutuhan lainnya untuk bertahan setidaknya dua tahun.

"Kita berbicara tentang 30 kg per astronot per hari, dan di atas itu kita perlu mempertimbangkan radiasi serta tantangan mental dan fisiologis. Di mana ada kehidupan, di situ ada stres. Strategi ini akan meminimalkan tingkat kebosanan, kesepian, dan agresi yang terkait dengan kurungan di pesawat ruang angkasa," ujar Ngo-Anh dari ESA.

Strategi ini melibatkan keadaan 'mati suri' pada astronot, mirip dengan apa yang dialami mamalia selama hibernasi. Dalam konteks penerbangan luar angkasa, mengurangi tingkat metabolisme kru dalam perjalanan ke Mars sebesar 25 persen akan secara dramatis mengurangi pasokan yang mereka bawa.

Untuk mengakomodasi teknologi hibernasi luar angkasa, para insinyur dapat membuat kapsul dengan pengaturan yang disesuaikan di dalam pesawat ruang angkasa generasi mendatang.

Di wadah itu lingkungannya akan tenang dengan pencahayaan rendah, tingkat kelembaban tinggi, dan suhu rendah kurang dari sepuluh derajat Celcius. Para astronot akan mengenakan pakaian untuk mencegah panas berlebih dan sensor yang dapat dipakai untuk mengukur postur, suhu, dan detak jantung.

Wadah air akan mengelilingi setiap kapsul untuk memberikan perlindungan radiasi karena astronot tetap dalam keadaan mati suri. Sedangkan kecerdasan buatan akan menjaga pesawat dan membangunkan awak kapal jika terjadi anomali atau keadaan darurat.

"Hibernasi akan membantu melindungi orang dari efek berbahaya radiasi selama perjalanan luar angkasa. Jauh dari medan magnet bumi akan menyebabkan kerusakan karena partikel berenergi tinggi dapat menyebabkan kematian sel, penyakit radiasi, atau kanker," jelas Alexander.