Atmosfer Pluto Menghilang

Pluto.
Sumber :
  • Space.com

VIVA – Sebuah studi baru menunjukkan bahwa gas di sekitar Pluto menghilang berubah kembali menjadi es saat planet kerdil itu menjauh dari Matahari. Atmosfer Pluto yang sudah tipis itu sebagian besar terdiri dari nitrogen dengan sedikit metana dan karbonmonoksida.

Saat suhu turun di permukaan maka nitrogennya membeku sehingga menyebabkan atmosfer memudar. Penilaian dilakukan menggunakan okultasi atau menggunakan bintang yang jauh sebagai cahaya latar bagi teleskop di Bumi untuk melihat apa yang terjadi di Pluto.

Itu adalah teknik observasi yang dicoba dan diuji, serta digunakan secara luas dalam astronomi. Atmosfer Pluto terbentuk dari es yang menguap di permukaan. Perubahan kecil pada suhu menyebabkan perubahan signifikan dalam kerapatan massa atmosfer.

Saat ini, Pluto membutuhkan 248 tahun waktu Bumi untuk membuat satu orbit mengelilingi Matahari. Semakin jauh Pluto maka akan lebih sedikit menerima sinar Matahari dan memiliki suhu yang lebih rendah.

Peningkatan kepadatan atmosfer yang terlihat pada 2015 kemungkinan besar disebabkan oleh inersia termal. Ilmuwan Leslie Young menganalogikan bagaimana Matahari memanaskan pasir di pantai.

"Sinar Matahari paling intens pada siang hari, tetapi pasir terus menyerap panas sepanjang sore. Jadi paling panas ya di sore hari," ujarnya, seperti dikutip VIVA Tekno dari laman Science Alert, Kamis, 7 Oktober 2021.

Pluto mungkin tidak lagi dihitung sebagai planet tapi Pluto tetap menjadi objek yang menarik bagi para astronom. Ilmuwan terus mempelajari informasi baru tentang planet kerdit nan jauh itu sepanjang waktu.

Dalam beberapa tahun terakhir, para astronom memastikan bahwa ada pegunungan berselimut salju dan lautan cair di bawah permukaan Pluto. Pengamatan 2018 'central flash' juga membuat mereka mengetahui ukuran sementara dari atmosfer mantan planet kesembilan tersebut.