Hijrah Digitalisasi untuk Memoles Kinerja

Transformasi digital.
Sumber :
  • IT PRO

VIVA – Pandemi COVID-19 membuat berbagai sektor industri, termasuk jasa keuangan, berbondong-bondong beralih ke digitalisasi. Para pelaku usaha di Tanah Air mau tidak mau melakukan transformasi digital supaya tetap bertahan. Salah satunya PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk.

Direktur Utama Wahana Ottomitra Multiartha Djaja Suryanto Sutandar mengaku fokus pada pengembangan digitalisasi dan proses akuisisi dengan berbagai pihak untuk mendukung perbaikan kinerja perusahaan.

Saat ini, perusahaan pembiayaan yang biasa disebut WOM Finance itu telah bekerja sama dengan beberapa marketplace seperti Blibli, Bukalapak, Shopee, Gobills, dan Tokopedia untuk kemudahan konsumen melakukan transaksi pembayaran angsuran serta transaksi digital melalui QRIS (Quick Respons Code Indonesian Standard).

“Terjadinya pandemi COVID-19 sejak awal tahun 2020 telah mengubah kebiasaan kita semua untuk transformasi digital dalam banyak hal, termasuk bisnis dan operasional kami. Perubahan gaya hidup masyarakat justru membuat kami tetap optimistis performa perusahaan akan tumbuh di semester II 2021," kata dia.

Soal kinerja, WOM Finance berhasil menunjukkan tanda yang baik pada semester I 2021. Direktur Wahana Ottomitra Multiartha Zacharia Susantadiredja menjelaskan, total penyaluran pembiayaan baru pada tengah tahun ini mencapai Rp1,8 triliun atau naik 30 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Meski begitu, total aset pada Juni 2021 mengalami penurunan sebesar 13 persen menjadi Rp4,6 triliun dibandingkan Desember 2020. Penurunan aset, ungkap Zacharia, terjadi karena penurunan pinjaman bank dan obligasi yang diiringi dengan penurunan kas perusahaan sebesar 71 persen.

Sementara total ekuitas multifinance berkode emiten WOMF itu pada Juni 2021 tumbuh 4 persen atau mencapai Rp1,3 triliun dibandingkan Desember 2020. Atas kinerja tersebut, WOM Finance berhasil membukukan laba bersih Rp50 miliar di semester pertama tahun ini atau mengalami penurunan 13 persen dari periode yang sama tahun lalu.

”Penurunan laba bersih karena total pendapatan mengalami penurunan sebesar 33 persen, akan tetapi biaya-biaya mengalami penurunan yang lebih tinggi sebesar 34 persen dengan perbaikan kualitas portofolio dan efisiensi atas biaya pendanaan serta biaya operasional," tutur Zacharia.

Pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai turun 53 persen dan biaya pendanaan juga turun 47 persen dibandingkan semester I 2020. Adapun kualitas portofolio pembiayaan mengalami perbaikan dengan Net Performing Financing (NPF) gross mencapai 2,1 persen pada Juni tahun ini, membaik dari Desember 2020 yang sebesar 2,7 persen.