Amerika Punya Kejutan di Orbit Bumi
- The Drive
VIVA – Angkatan Luar Angkasa Amerika Serikat (US Space Force) baru-baru ini meluncurkan roket raksasa pembawa satelit yang akan mengelilingi ekuator Bumi. Roket tersebut akan memberi peringatan dari setiap rudal yang baru saja diluncurkan.
Roket Atlas V setinggi 58 meter yang dibangun oleh United Launch Alliance (ULA) telah lepas landas pukul 13.37 EDT dari Stasiun Angkatan Luar Angkasa Cape Canaveral di Florida, AS. Roket raksasa itu membawa satelit militer yang disebut Space-Based Infrared System Geosynchronous Earth Orbit (SBIRS Geo-5).
Baca: Google Terbelah akibat Konflik Israel-Palestina
Peluncuran itu seharusnya dilakukan pada Senin, 17 Mei lalu, tapi ditunda karena adanya kesalahan sensor suhu dalam sistem oksigen roket. Dengan demikian Roket Atlas V diberangkatkan keesokan harinya, menurut laman Live Science, Kamis, 20 Mei 2021.
Roket tersebut membawa satelit ke orbit antara 925 hingga 35.723 kilometer di atas permukaan Bumi. Kemudian, bermanuver ke orbit Geosynchronous sekitar 35.900 km di atas khatulistiwa.
Satelit besutan Lockheed Martin yang baru diluncurkan itu akan terus mengawasi jalur tersebut dengan menggunakan sensor inframerah untuk mengawasi semburan panas yang dihasilkan oleh peluncuran rudal.
"Untuk peringatan dini adanya rudal, kemampuan deteksi inframerah SBIRS Geo-5 berfungsi sebagai ujung tombak atau pendering lonceng bahwa peluncuran telah terjadi dan sesuatu akan datang," kata Vice President of Lockheed Martin Space OPIR Mission Area, Tom McCormick.
Data SBIRS Geo-5 menginformasikan banyak sistem pertahanan di AS yang fungsinya sama-sama sebagai rantai pembunuh rudal sekaligus pelindung untuk mempertahankan negara serta angkatan bersenjata.
Saat ini ada empat satelit militer SBIRS Geo-5 lainnya yang mengelilingi khatulistiwa, dan setidaknya, dua instrumen inframerah tambahan di atas satelit mata-mata yang dijalankan oleh National Reconnaissance Office yang berada dalam orbit elips di atas kutub.
Keberadaan angkatan kelima di tubuh militer AS itu telah mendapat restu dari Presien Joe Biden. "Pentagon (Departemen Pertahanan) ingin memusatkan perhatian dan sumber daya yang lebih besar pada tantangan keamanan yang berkembang di luar angkasa," kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Jen Psaki.