Hati-hati Badai Matahari Sampai ke Bumi Pas Lebaran
- Instagram/@lapan_ri
VIVA – Sebuah filamen magnet yang meletus atau Badai Matahari telah dimuntahkan ke Tata Surya dengan kecepatan 328 kilometer per detik dan dapat bertabrakan dengan Bumi. Badai Matahari disebabkan oleh genangan magnet yang berputar-putar di bawah permukaan Matahari, atau dikenal sebagai Bintik Matahari.
Bintik Matahari adalah bercak gelap di Matahari yang biasanya lebih dingin daripada bagian Matahari lainnya. Ketika para ahli mengatakan bahwa mereka 'lebih dingin', suhu rata-rata bintik matahari masih melebihi 3.500 derajat Celcius. Sedangkan permukaan Matahari sebesar 5.500 derajat Celcius.
Mereka biasanya lebih dingin karena bintik Matahari adalah area medan magnet yang kuat. Magnetnya sangat kuat sehingga benar-benar menahan sebagian panas agar tidak keluar, dikutip dari laman Express, Rabu, 12 Mei 2021.
Namun, seiring terbentuknya medan magnet, Matahari meningkatkan tekanan di bintik yang dapat meletus sebagai Solar Flare atau Coronal Mass Ejection (CME). CME yang diperkirakan mencapai Bumi pada Kamis besok, 13 Mei 2021 saat umat Islam dunia merayakan Lebaran Idul Fitri, kata para astronom.
Hal ini bisa menimbulkan masalah bagi teknologi yang bergantung pada satelit. Peristiwa luar angkasa ini bisa memicu badai geomagnetik kelas G1. Badai matahari dengan kekuatan tersebut dapat menyebabkan fluktuasi jaringan listrik yang lemah dan memiliki dampak kecil pada operasi satelit.
Alasannya, karena ketika partikel membombardir perisai magnet Bumi, ia menyebabkannya mengembang yang membuat sinyal satelit lebih sulit untuk menembus.
"Sebuah CME akan datang. Dilempar ke Bumi oleh filamen magnet yang meletus pada tanggal 9 Mei. Awan Badai Matahari diperkirakan tiba pada Rabu, 12 atau Kamis, 13 Mei 2021," imbuh Astronom Tony Phillips.
Beberapa dari semburan Matahari ini dapat menghantam dan sebagian besar tidak berbahaya bagi Bumi. Namun, Matahari juga dapat melepaskan semburan api Matahari yang sangat kuat sehingga dapat melumpuhkan teknologi Bumi.
Penelitian sebelumnya telah mengungkapkan Matahari melepaskan semburan matahari yang ekstrem, rata-rata setiap 25 tahun. Yang terakhir menghantam Bumi terjadi pada 1989 silam.