Pacar Elon Musk Rela Jadi Pekerja Kasar dan Mati di Mars
- Business Insider
VIVA – Kekasih Elon Musk, Grimes mengungkapkan kalau dirinya rela mati di Planet Mars. Ibu dari X Æ A-12 Musk itu memposting foto dirinya di Instagram yang sedang berdiri di depan Roket Starship milik SpaceX di Starbase, Texas, Amerika Serikat (AS) yang diunggahnya pada akhir Maret kemarin.
"Siap mati dengan Tanah (planet) Merah di bawah kakiku," tulisnya, seperti dikutip dari situs Express, Rabu, 7 Maret 2021. Ini bukan pertama kalinya Grimes berkata ingin hijrah ke Mars. Musisi asal Kanada itu mengaku siap untuk menjadi pekerja kasar di planet merah, bahkan dengan risiko kematian sekali pun.
Ketika ditanya mengenai risiko terbesar pindah ke Mars, Grimes berkata kemungkinan besar adalah adanya pekerjaan manual sampai mati. Meski begitu dirinya berharap ke depannya nanti bisa berubah.
Elon Musk, selaku pimpinan di SpaceX, telah bekerja tanpa lelah untuk menyempurnakan Starship agar bisa membawa manusia ke planet tetangga Bumi itu. Tapi perusahaan teknologi yang berbasis di AS ini telah mengalami beberapa kemunduran dalam tes purwarupa.
Pria berusia 49 tahun tersebut memiliki tekad mencapai Mars sebelum 2030. Hal ini ia ungkapkan di akun Twitter pribadinya. "SpaceX akan mendaratkan Starship di Mars jauh sebelum tahun 2030. Ambang batas yang sangat sulit adalah membuat Mars Base Alpha mandiri," jelas Musk.
Mars Base Alpha adalah nama kode untuk basis manusia pertama di planet merah. Supaya manusia bisa menetap dan hidup di Mars maka perlu ada persediaan makanan, energi, dan air yang konstan.
"Kemampuan Starship akan memungkinkan sistem transportasi yang sepenuhnya dapat digunakan kembali yang dirancang untuk membawa awak (manusia) dan kargo (logistik) dalam penerbangan jarak jauh antarplanet dan membantu umat manusia kembali ke Bulan serta menaklukkan Mars," tutur Elon Musk.
Pada akhir Maret lalu, purwarupa roket SpaceX Starship bernomor SN11 mengalami kecelakaan. "Tingkat produksi yang tinggi telah menurunkan kualitas," ujar Musk, di akun Twitter-nya.
Ia mengatakan bahwa 'sesuatu yang signifikan' telah terjadi dan menyebabkan masalah. Tetapi tidak jelas masalah apa yang dimaksud. "Sepertinya mesin 2 mengalami masalah saat naik dan tidak mencapai tekanan ruang operasi selama pembakaran pendaratan, tetapi, secara teori, itu tidak diperlukan, kata CEO SpaceX itu.