Hadapi Pandemi, Digitalisasi UMKM Solusi Pulihkan Ekonomi

Ilustrasi transaksi di era digitalisasi.
Sumber :
  • Pixabay/hamonazaryan1

VIVA – Digitalisasi UMKM saat ini semakin dirasa penting di tengah kondisi sekarang. Hal itu pula sangat terasa pada masa pandemi COVID-19 saat ini.

Peran teknologi dalam pemulihan ekonomi seolah menjadi kunci dalam mengakselerasi transformasi berbasis digital dalam waktu relatif singkat serta membantu para pelaku usaha, termasuk UMKM.

Selain dihadapkan pada tantangan, kemajuan teknologi dalam perniagaan juga menjadi kesempatan yang harus dikelola secara utuh agar tetap dapat bersaing dan beradaptasi terhadap perubahan perilaku konsumen.

Pentingnya peran UMKM dalam menggerakkan perekonomian nasional mendorong PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) untuk senantiasa mengembangkan keterampilan UMKM Indonesia melalui program Sampoerna Retail Community (SRC) dan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC).

Pelaku UMKM merupakan tulang punggung penggerak perekonomian yang mampu memberikan manfaat serta menyerap tenaga kerja dalam dunia usaha bagi masyarakat di sekitarnya.

Menurut data Kementerian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah ternyata daya serap tenaga kerja UMKM adalah sebanyak 117 juta pekerja atau 97% dari daya serap tenaga kerja dunia usaha.

Ketika pandemi merebak, dukungan Sampoerna menjadi semakin relevan, utamanya dalam hal pemanfaatan teknologi serta platform digital untuk tetap produktif dan bertahan.
 
Lebih lanjut, untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing pemilik toko kelontong SRC, Sampoerna mengembangkan aplikasi digital AYO SRC yang diluncurkan pada tahun 2018.

Aplikasi AYO SRC merupakan terobosan inovatif yang menghubungkan pemilik toko kelontong SRC di seluruh Indonesia dengan mitra penyalur, seperti pedagang grosir, serta juga dengan para konsumen secara online.

Selain itu, nilai tambah lain dari aplikasi AYO SRC antara lain adalah Pojok Bayar untuk e-payment, AyoKasir untuk membantu manajemen stok barang, dan yang terbaru adalah Pojok Modal.

Fitur Pojok Modal berangkat dari situasi di lapangan dimana sebagian besar pemilik toko kelontong SRC belum terhubung (unbanked) atau memiliki akses perbankan yang terbatas, sementara bantuan finansial sangat krusial bagi mereka.

“Melalui Pojok Modal, kami berupaya memfasilitasi para pemilik toko kelontong SRC dengan institusi permodalan yang kredibel, sehingga mereka bisa memanfaatkan skema pay-later untuk menjaga stok barang dan membuat bisnis tetap berjalan,” ungkap Presiden Direktur Sampoerna, Mindaugas Trumpaitis, pada ajang konferensi Indonesia Summit 2021 oleh The Economist.

Mindaugas juga menambahkan bahwa berdasarkan riset dari Litbang Kompas, pendapatan pemilik toko kelontong SRC pada tahun 2019 mencapai hampir Rp70 triliun atau setara dengan 4,1 persen PDB ritel.

Lebih jauh, 58 persen pemilik toko kelontong SRC adalah perempuan, dan 30 persen di antaranya berperan menafkahi keluarga.