Perusak Lapisan Ozon Pelindung Bumi Akan Muncul Lagi
- Phys.org
VIVA – Klorofluorokarbon atau CFC, bahan kimia aerosol yang merusak lapisan ozon pelindung Bumi, akan muncul lagi pada akhir abad ke-21. Prosesnya bisa lebih cepat akibat perubahan iklim, kata para peneliti.
Berdasarkan Protokol Montreal 1987 secara tegas melarang penggunaan CFC di seluruh dunia setelah para peneliti menemukan bahwa kandungan itu merusak lapisan ozon yang melindungi Bumi beserta kehidupan di dalamnya dari radiasi ultraviolet yang berbahaya.
Sebagian besar upaya yang dilakukan telah berhasil, di mana tingkat CFC di atmosfer turun tajam dalam beberapa dekade terakhir. Lapisan ozon telah mulai memperbaiki dirinya sendiri. Tapi, semua CFC yang sudah dilepas ke atmosfer harus pergi ke suatu tempat.
Untuk molekul sebanyak itu pembuangannya ada di samudera, seperti dilansir dari situs Live Science, Rabu, 17 Maret 2021. Sebuah studi baru memproyeksikan ketika tingkat CFC di atmosfer turun dan lautan menghangat. Beberapa pemakan ozon laten itu akan berakhir kembali ke udara karena lautan dan atmosfer cenderung seimbang.
Ketika atmosfer memiliki banyak molekul yang larut dalam air, seperti CFC, maka lautan menyedot sebagian darinya. Dan, ketika lautan memiliki banyak molekul yang sama namun atmosfer tidak, maka mereka cenderung melepaskannya kembali ke udara.
Dunia telah berhenti memproduksi CFC. Tingkat kandungannya di atmosfer juga telah turun dan lautan semakin sedikit menyerapnya dari udara. Pada akhirnya, keseimbangan akan turun dan lautan akan menjadi penghasil CFC.
Perubahan iklim membuat lautan hangat yang mengurangi jumlah CFC hingga satu galon air laut. Studi baru ini menunjukkan lautan yang sebelumnya sebagai spons atau penyerap CFC, kini menjadi penghasil CFC.
"Pada saat Anda memasuki paruh pertama abad ke-22 Anda akan melihat cukup banyak aliran CFC yang keluar dari lautan, sehingga terlihat seperti seseorang yang curang dalam Protokol Montreal. Kemungkinan yang terjadi adalah CFC keluar dari lautan," kata peneliti Susan Solomon.
Sebelumnya, para peneliti telah memata-matai dunia asing yang kehilangan atmosfernya. Menurut analisis pengamatan teleskop luar angkasa Hubble NASA yang dikumpulkan pada 2017 dari sebuah Planet GJ 1132 b, yang mengorbit erat sebuah bintang katai merah yang terletak 41 tahun cahaya dari Bumi.