Jutaan Sperma Manusia Akan Dikubur di Bulan

Ilustrasi Bulan dan sperma.
Sumber :
  • New York Post

VIVA – Para ilmuwan berencana untuk mengirim jutaan sampel sperma ke Bulan sebagai upaya untuk melahirkan kembali umat manusia jika kepunahan terjadi. Konsepnya adalah Bank Sperma Bulan, di mana ilmuwan menyebutnya sebagai 'polis asuransi global modern'.

Artinya, mereka mengibaratkan Bank Sperma Bulan menjadi sebuah bahtera, yaitu anugerah keselamatan bagi umat manusia. Sperma-sperma ini nantinya akan dikuburkan di dalam lemari besi khusus yang di bawah permukaan Bulan.

Logika di balik kebutuhan bank sperma ini adalah jika nanti ke depannya Bumi mengalami bencana alam dahsyat seperti kekeringan global, jatuhnya asteroid, hingga perang nuklir. Ini yang diklaim para ilmuwan sebagai salah satu pertanda akhir dari kehidupan umat manusia.

"Bumi secara alami adalah lingkungan yang mudah menguap. Meninggalkan sisa sampel sperma di planet ini akan membuat mereka rentan terhadap ancaman nyata yang dahsyat," kata ilmuwan Jekan Thanga, seperti dilansir dari situs Mashable, Senin, 15 Maret 2021.

Ia kemudian mengusulkan supaya sperma-sperma manusia dikirim dan disimpan di bawah permukaan Bulan yang baru saja ditemukan para ilmuwan, yakni tempat yang pernah dialiri lava miliaran tahun silam.

Para ilmuwan memiliki alasan yang akurat mengapa hal ini harus dilakukan. Thanga khawatir akan terjadinya kepunahan manusia. Ia mencontohkan Gunung Toba, Sumatera Utara yang pernah meletus pada 75 ribu tahun lalu.

Fenomena itu dipercaya menyebabkan periode pendinginan selama seribu tahun, dan menurut beberapa ahli, membuat penurunan keanekaragaman manusia. Thanga ingin umat manusia mulai bersiap menghadapi masalah secepat mungkin.

Konsep penguburan sperma ini mirip dengan Svalbard Global Seed Vault. Mereka menampung benih tanaman dunia dengan kapasitas 4,5 juta sampel benih. Setiap sampel berisi sekitar 500 benih. Artinya, fasilitas penyimpanan berkapasitas maksimal 2,25 miliar benih.

Sebelumnya, sekelompok peneliti kesuburan pria dari University of Bristol, Inggris dan Universidad Nacional Autnoma de Mexico, Meksiko berhasil mengungkap bahwa cara sperma berenang menuju sel telur. Hasil penelitian ini sekaligus membantah teori selama 343 tahun yang menjelaskan sperma berenang seperti belut dalam air.