Pelaku Kejahatan Siber Terus Mengintai
- YouTube
VIVA – Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, bahwa COVID-19 berdampak besar terhadap keberlanjutan UKM, di mana sebanyak 47 persen terpaksa gulung tikar akibat pandemi.
Pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) saat ini mencoba bangkit dari pengaruh pandemi COVID-19 dengan melakukan transformasi digital. Namun, pergeseran proses dan pembayaran dari yang sifatnya fisik ke ranah online ternyata membuka peluang bagi para pelaku kejahatan siber.
Baca: Vendor Pihak Ketiga Pemegang Saham Telkomsel Sudah Jadi Target Hacker
Menurut Territory Channel Manager Kaspersky Indonesia, Dony Koesmandarin, delapan dari sepuluh UKM di Asia Tenggara mengalami penurunan pendapatan pada awal Mei tahun lalu. Sementara pemerintah dan organisasi keuangan dengan cepat menawarkan bantuan dan skema untuk membangkitkan UKM agar kembali bangkit.
"Pengalaman kami menunjukkan bahwa teknologi adalah kunci bagi UKM untuk bertahan hidup. Kami memahami sepenuhnya bahwa pemotongan investasi terpaksa dilakukan oleh para pemilik bisnis, tetapi perlu diperhatikan bahwa pelaku kejahatan siber juga bersembunyi di internet," ungkapnya, dalam konferensi pers virtual, Rabu, 17 Februari 2021.
Ia melanjutkan, digitalisasi dengan mengutamakan keamanan siber akan selalu menjadi langkah terbaik dalam melindungi dan menjaga arus kas bisnis. Laporan terbaru Kaspersky Security Network (KSN) menyebutkan bahwa 3 dari 10 (31 persen) pengguna Kaspersky di Indonesia hampir terinfeksi oleh ancaman yang ditularkan melalui web selama periode Januari-Desember 2020.
Selama periode ini, produk Kaspersky mendeteksi 34.516.232 malware berbeda yang ditransmisikan melalui internet pada komputer partisipan KSN di Indonesia. Lebih dari 4.341.000 upaya serangan menargetkan pengguna bisnis di negara ini, 51 persen lebih banyak dari 2.870.000 insiden yang terjadi pada 2019.
Laporan KSN 2020 juga menunjukkan bahwa produk Kaspersky mendeteksi sebanyak 111.682.011 insiden lokal di komputer partisipan KSN di negara tersebut. Dari total jumlah percobaan, sebanyak 20.264.000 ditargetkan terhadap pengguna bisnis di Indonesia.
Malware lokal adalah perangkat lunak berbahaya yang disebarkan melalui perangkat yang dapat dilepas seperti drive USB, CD, DVD, dan metode offline lainnya. Secara total sebanyak 56,3 persen pengguna di Indonesia hampir terinfeksi oleh ancaman lokal di tahun lalu.
Meskipun terdapat sedikit penurunan pada jumlah total ancaman lokal dan web yang sudah diblokir tahun lalu di Indonesia, namun penting untuk dipahami bahwa tahun lalu adalah tahun di mana seluruh aktivitas manusia hampir ditransfer secara online.
"Ancaman terhadap individu sama berbahaya dengan risiko pada UKM dan perusahaan karena penerapan sistem kerja dari rumah yang sedang berlangsung, tidak hanya Indonesia tapi juga hampir seluruh dunia," papar Dony.